Please Wait
Hits
7933
7933
Tanggal Dimuat:
2013/11/27
Ringkasan Pertanyaan
Apa saja Asmâ al-Husnâ Ilahi menurut pendapat para Imam Suci As?
Pertanyaan
Sy ingin mengetahui pendapat para Imam Syiah terhadap Asmaaul Husnaa dalam al Quran, Asmaa Allah mana saja yang termasuk dalam kategori asmaaul husna? terimakasih sebelumnya.
Jawaban Global
1. Menurut sebagian riwayat, para imam suci as disebut sebagai manifestasi Asmâ al-Husnâ:
Imam Shadiq As berkata: “Demi Allah! Kami adalah Asmâ al-Husnâ, dan Allah Swt tidak akan menerima amal seseorang kecuali orang itu mengenal kami.”[1]
Imam Ridha As berkata: “Setiap kali kalian tertimpa kesulitan mintalah bantuan dari kami dan dengan perantara kami mintalah Allah untuk menyelesaikan permasalahan kalian. Sebagaimana Allah swt berfirman: “Dan untuk Allah-lah Asmâ al-Husnâ (nama-nama yang baik) maka berdo’alah dengannya.” (Qs. Al-A’raf [7]: 180)”[2]
2. Sebagian riwayat lainnya menjelaskan bahwa sebagian dari asma-asma Ilahi adalah personifikasi dari Asmâ al-Husnâ. Misalnya riwayat di bawah ini:
Imam Shadiq As berkata: “Allah Swt menciptakan satu nama yang tidak memiliki suara satu huruf pun, tidak bisa dilafadzkan, tidak memiliki tubuh dan isi, tidak bisa diserupakan dan dikiaskan, tidak tercampur dengan satu warnapun, tak memiliki sisi sama sekali, tak ada batasan yang membatasi sekitarnya, sangkaan dan panca indera tidak kuasa menggapainya, tersembunyi namun tanpa tirai. Tuhan menjadikannya satu kata sempurna yang memiliki empat bagian yang saling terkait, kemudian Ia menampakkan tiga nama yang mana para makhluk-Nya membutuhkannya lalu menyembunyikan yang satu, yakni nama yang tersimpan. Tiga asma yang ditampakkan itu lahirnya adalah ‘Allah’. Kemudian Allah yang Mahasuci menciptakan empat rukun untuk tiap asma itu, yang mana semuanya adalah dua belas rukun, lalu Ia menciptakan tiga puluh nama yang terkait untuk setiap rukunnya. Asma-asma itu adalah: Al-Rahman, Al-Rahim, Al-Malik, Al-Quddus, Al-Khaliq, Al-Bari’, Al-Mushawir, Al-Hayy, Al-Qayyum laa ta’khudzuhu sinatun wa laa naum, Al-‘Alim, Al-Khabir, Al-Sami’, Al-Bashir, Al-Hakim, Al-‘Aziz, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-‘Ali, Al-‘Adhim, Al-Muqtadir, Al-Qadir, Al-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Bari’, Al-Munsyi’, Al-Badi’, Al-Jalil, Al-Karim, Al-Raziq, Al-Muhyi, Al-Mumit, Al-Ba’its, Al-Warits. Nama-nama itu menjadi sempurna dengan Asmâ al-Husnâ hingga tiga ratus enam puluh nama dan merupakan cabang dari tiga nama dan rukun-rukunnya itu. Satu nama yang disembunyikan tersebut dikarenakan tiga nama yang ditampakkan adalah firman Allah: “Katakanlah: berdo’alah ‘Ya Allah’ atau ‘Ya Rahman’ dengan apapun kau menyebut-Nya bagi Dia-lah Asmâ al-Husnâ (nama-nama yang baik).” (Qs. Al-Isra’ [17]: 110)”[3]
Harus dipahami bahwa sama sekali tak ada pertentangan antara kedua macam riwayat di atas; karena para imam suci adalah wujud nyata dari Asmâ al-Husnâ.[4]
Perlu kami katakan bahwa Asmâ al-Husnâ sering dijelaskan oleh banyak ulama kita dan dapat dibaca karya-karya mereka dalam berbagai bahasa.[5] [iQuest]
Imam Shadiq As berkata: “Demi Allah! Kami adalah Asmâ al-Husnâ, dan Allah Swt tidak akan menerima amal seseorang kecuali orang itu mengenal kami.”[1]
Imam Ridha As berkata: “Setiap kali kalian tertimpa kesulitan mintalah bantuan dari kami dan dengan perantara kami mintalah Allah untuk menyelesaikan permasalahan kalian. Sebagaimana Allah swt berfirman: “Dan untuk Allah-lah Asmâ al-Husnâ (nama-nama yang baik) maka berdo’alah dengannya.” (Qs. Al-A’raf [7]: 180)”[2]
2. Sebagian riwayat lainnya menjelaskan bahwa sebagian dari asma-asma Ilahi adalah personifikasi dari Asmâ al-Husnâ. Misalnya riwayat di bawah ini:
Imam Shadiq As berkata: “Allah Swt menciptakan satu nama yang tidak memiliki suara satu huruf pun, tidak bisa dilafadzkan, tidak memiliki tubuh dan isi, tidak bisa diserupakan dan dikiaskan, tidak tercampur dengan satu warnapun, tak memiliki sisi sama sekali, tak ada batasan yang membatasi sekitarnya, sangkaan dan panca indera tidak kuasa menggapainya, tersembunyi namun tanpa tirai. Tuhan menjadikannya satu kata sempurna yang memiliki empat bagian yang saling terkait, kemudian Ia menampakkan tiga nama yang mana para makhluk-Nya membutuhkannya lalu menyembunyikan yang satu, yakni nama yang tersimpan. Tiga asma yang ditampakkan itu lahirnya adalah ‘Allah’. Kemudian Allah yang Mahasuci menciptakan empat rukun untuk tiap asma itu, yang mana semuanya adalah dua belas rukun, lalu Ia menciptakan tiga puluh nama yang terkait untuk setiap rukunnya. Asma-asma itu adalah: Al-Rahman, Al-Rahim, Al-Malik, Al-Quddus, Al-Khaliq, Al-Bari’, Al-Mushawir, Al-Hayy, Al-Qayyum laa ta’khudzuhu sinatun wa laa naum, Al-‘Alim, Al-Khabir, Al-Sami’, Al-Bashir, Al-Hakim, Al-‘Aziz, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-‘Ali, Al-‘Adhim, Al-Muqtadir, Al-Qadir, Al-Salam, Al-Mu’min, Al-Muhaimin, Al-Bari’, Al-Munsyi’, Al-Badi’, Al-Jalil, Al-Karim, Al-Raziq, Al-Muhyi, Al-Mumit, Al-Ba’its, Al-Warits. Nama-nama itu menjadi sempurna dengan Asmâ al-Husnâ hingga tiga ratus enam puluh nama dan merupakan cabang dari tiga nama dan rukun-rukunnya itu. Satu nama yang disembunyikan tersebut dikarenakan tiga nama yang ditampakkan adalah firman Allah: “Katakanlah: berdo’alah ‘Ya Allah’ atau ‘Ya Rahman’ dengan apapun kau menyebut-Nya bagi Dia-lah Asmâ al-Husnâ (nama-nama yang baik).” (Qs. Al-Isra’ [17]: 110)”[3]
Harus dipahami bahwa sama sekali tak ada pertentangan antara kedua macam riwayat di atas; karena para imam suci adalah wujud nyata dari Asmâ al-Husnâ.[4]
Perlu kami katakan bahwa Asmâ al-Husnâ sering dijelaskan oleh banyak ulama kita dan dapat dibaca karya-karya mereka dalam berbagai bahasa.[5] [iQuest]
[1]. Kulaini, Muhammad bin Ya’qub, Al-Kafi, Riset dan edit oleh : Ghaffari, Ali Akbar dan Akhundi, Muhammad, jil. 1, hal. 143-144, Darul Kutub Al-Islamiah, Teheran, Cetakan Keempat, 1407 H..
[2]. Syaikh Mufid, al-Ikhtishâsh, muhaqiq dan mushahih: Ghaffari, Ali Akbar, Muharrami Zarandi, Mahmud, hal. 252, cetakan pertama, Qum, 1413 H.
[3]. Al-Kâfi, jil. 1, hal. 112.
[4]. Silahkan rujuk indeks: “Para Imam adalah Asma’ul Husna”, Pertanyaan 36705; “Manusia dan Kedudukan Sebagai Khalifah Allah”, Pertanyaan 2058.
[5]. Silahkan rujuk: Kaf’ami, Ibrahim bin Ali, Al-Mishbâh (Jannah Al-Aman Al-Waqiyah wa Jannah Al-Iman Al-Baqiyah), hal. 314-342, Darul Radhi (Zahedi), Qom, cetakan kedua, 1405 H.Q.; Ibnu Fahd Halbi, Ahmad, ‘Iddah Al-Da’i wa Najah Al-Sa’i, Riset dan Edit oleh Muhwahedi Qomi, Ahmad, akhir dari bagian Al-Kitâb fi Asmâ’ al-Husnâ, hal. 317, Darul Kutub Al-Islami, Beirut, Cetakan Pertama, 1407 H; rujuk pula kitab-kitab dan tulisan-tulisan lainnya.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar