Please Wait
Hits
23564
23564
Tanggal Dimuat:
2014/02/06
Ringkasan Pertanyaan
Apa perbedaaan antara mukjizat nabi muhammad dengan mukjizat nabi lain dilihat dari segi sosial dan budaya?
Pertanyaan
Apa perbedaaan antara mukjizat nabi muhammad dengan mukjizat nabi lain dilihat dari segi sosial dan budaya?
Jawaban Global
Mukjizat-mukjizat yang didemonstrasikan oleh para nabi Ilahi merupakan perintah Allah Swt kepada mereka. Melalui perantara mukjizat ini, mereka dapat menetapkan keabsahan klaim kenabian mereka, dalam kaitannya dengan tugas dan risalah untuk memberikan petunjuk dan keselamatan bagi umat manusia.
Dengan memperhatikan pada kondisi-kondisi sosial dan budaya masyarakat yang berbeda-beda pada setiap komunitas, karena itu, perbedaan kondisi sosial dan budaya ini juga menuntut adanya perbedaan dalam mukjizat ini pada setiap masyarakat dengan memperhatikan tipologi-tipologi pemikiran dan budaya yang berkembang pada masayarakat itu.
Riwayat dalam hal ini menyatakan, “Ibnu Sikkit menukil dari Imam Hadi As yang bertanya, ‘Mengapa Allah Swt mengutus Nabi Musa As dengan tongkat, tangan putih dan alat-alat untuk membatalkan sihir? Nabi Isa As dengan terapi kedokteran sementara Nabi Muhammad Saw dengan tuturan dan pidato??’ Imam Hadi As menjawab, “Masa ketika Allah Swt mengutus Nabi Musa As, perbuatan sihir merajalela dan menyebar di tengah masyarakat sehingga ia membawa sesuatu dari sisi Tuhan yang serupa dan berada di luar kemampuan mereka sehingga dengan perantara mukjizat tersebut, Nabi Musa dapat menggugurkan sihiri mereka dan menetapkan hujjah bagi mereka. Nabi Isa As diutus tatkala kelumpuhan menjadi epidemi yang akut di tengah masyarakat sehingga membutuhkan pengobatan dan kedokteran. Karena itu Nabi Isa As diutus dari sisi Allah Swt untuk membawakan sesuatu yang tidak dapat mereka lakukan. Dengan izin Allah Swt, Nabi Isa dapat menghidupkan orang mati dan menyembuhkan orang buta semenjak lahir serta mengobati penyakit kusta sehingga dengan demikian beliau menetapkan hujjah bagi mereka. Nabi Muhammad Saw diutus pada masa ketika orasi dan pidato yang menjadi kegemaran masyarakat setempat – menurutku (perawi) beliau juga menyinggung tentang puisi. Karena itu, Nabi Muhammad Saw diutus dari sisi Allah Swt dengan membawa nasihat-nasihat dan aturan-aturan jelas yang menguggurkan ucapan-ucapan mereka sehingga dengan demikian beliau menetapkan hujjah bagi mereka.” Ibnu Sikkit berkata, “Demi Allah! Saya belum pernah melihat orang seperti Anda. Tolong Anda sebutkan hujjah apa yang ada bagi manusia pada masa sekarang ini?” “Akal yang dengan bantuannya orang yang berkata benar dan yang berkata dusta dapat dikenali. Perkataan benar dibenarkan dan perkataan dusta didustakan.” Pungkas Imam Hadi As. Ibnu Sikkit pun mengomentari, “Demi Allah! Demikianlah jawaban yang benar.”[1] [iQuest]
Dengan memperhatikan pada kondisi-kondisi sosial dan budaya masyarakat yang berbeda-beda pada setiap komunitas, karena itu, perbedaan kondisi sosial dan budaya ini juga menuntut adanya perbedaan dalam mukjizat ini pada setiap masyarakat dengan memperhatikan tipologi-tipologi pemikiran dan budaya yang berkembang pada masayarakat itu.
Riwayat dalam hal ini menyatakan, “Ibnu Sikkit menukil dari Imam Hadi As yang bertanya, ‘Mengapa Allah Swt mengutus Nabi Musa As dengan tongkat, tangan putih dan alat-alat untuk membatalkan sihir? Nabi Isa As dengan terapi kedokteran sementara Nabi Muhammad Saw dengan tuturan dan pidato??’ Imam Hadi As menjawab, “Masa ketika Allah Swt mengutus Nabi Musa As, perbuatan sihir merajalela dan menyebar di tengah masyarakat sehingga ia membawa sesuatu dari sisi Tuhan yang serupa dan berada di luar kemampuan mereka sehingga dengan perantara mukjizat tersebut, Nabi Musa dapat menggugurkan sihiri mereka dan menetapkan hujjah bagi mereka. Nabi Isa As diutus tatkala kelumpuhan menjadi epidemi yang akut di tengah masyarakat sehingga membutuhkan pengobatan dan kedokteran. Karena itu Nabi Isa As diutus dari sisi Allah Swt untuk membawakan sesuatu yang tidak dapat mereka lakukan. Dengan izin Allah Swt, Nabi Isa dapat menghidupkan orang mati dan menyembuhkan orang buta semenjak lahir serta mengobati penyakit kusta sehingga dengan demikian beliau menetapkan hujjah bagi mereka. Nabi Muhammad Saw diutus pada masa ketika orasi dan pidato yang menjadi kegemaran masyarakat setempat – menurutku (perawi) beliau juga menyinggung tentang puisi. Karena itu, Nabi Muhammad Saw diutus dari sisi Allah Swt dengan membawa nasihat-nasihat dan aturan-aturan jelas yang menguggurkan ucapan-ucapan mereka sehingga dengan demikian beliau menetapkan hujjah bagi mereka.” Ibnu Sikkit berkata, “Demi Allah! Saya belum pernah melihat orang seperti Anda. Tolong Anda sebutkan hujjah apa yang ada bagi manusia pada masa sekarang ini?” “Akal yang dengan bantuannya orang yang berkata benar dan yang berkata dusta dapat dikenali. Perkataan benar dibenarkan dan perkataan dusta didustakan.” Pungkas Imam Hadi As. Ibnu Sikkit pun mengomentari, “Demi Allah! Demikianlah jawaban yang benar.”[1] [iQuest]
[1] . Muhammad Yakub Kulaini, al-Kâfi, Riset dan edit oleh Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi, jil. 1, hal. 544, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, Cetakan Keempat, 1407 H.
«قَالَ ابْنُ السِّکِّیتِ لِأَبِی الْحَسَنِ (ع) لِمَا ذَا بَعَثَ اللَّهُ مُوسَى بْنَ عِمْرَانَ (ع) بِالْعَصَا وَ یَدِهِ الْبَیْضَاءِ وَ آلَةِ السِّحْرِ وَ بَعَثَ عِیسَى بِآلَةِ الطِّبِ وَ بَعَثَ مُحَمَّداً صَلَّى اللَّهُ عَلَیْهِ وَ آلِهِ وَ عَلَى جَمِیعِ الْأَنْبِیَاءِ بِالْکَلَامِ وَ الْخُطَبِ فَقَالَ أَبُو الْحَسَنِ (ع) إِنَّ اللَّهَ لَمَّا بَعَثَ مُوسَى (ع) کَانَ الْغَالِبُ عَلَى أَهْلِ عَصْرِهِ السِّحْرَ فَأَتَاهُمْ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ بِمَا لَمْ یَکُنْ فِی وُسْعِهِمْ مِثْلُهُ وَ مَا أَبْطَلَ بِهِ سِحْرَهُمْ وَ أَثْبَتَ بِهِ الْحُجَّةَ عَلَیْهِمْ وَ إِنَّ اللَّهَ بَعَثَ عِیسَى (ع) فِی وَقْتٍ قَدْ ظَهَرَتْ فِیهِ الزَّمَانَاتُ وَ احْتَاجَ النَّاسُ إِلَى الطِّبِ فَأَتَاهُمْ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ بِمَا لَمْ یَکُنْ عِنْدَهُمْ مِثْلُهُ وَ بِمَا أَحْیَا لَهُمُ الْمَوْتَى وَ أَبْرَأَ الْأَکْمَهَ وَ الْأَبْرَصَ بِإِذْنِ اللَّهِ وَ أَثْبَتَ بِهِ الْحُجَّةَ عَلَیْهِمْ وَ إِنَّ اللَّهَ بَعَثَ مُحَمَّداً (ص) فِی وَقْتٍ کَانَ الْغَالِبُ عَلَى أَهْلِ عَصْرِهِ الْخُطَبَ وَ الْکَلَام وَ أَظُنُّهُ قَالَ الشِّعْرَ فَأَتَاهُمْ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مِنْ مَوَاعِظِهِ وَ حِکَمِهِ مَا أَبْطَلَ بِهِ قَوْلَهُمْ وَ أَثْبَتَ بِهِ الْحُجَّةَ عَلَیْهِمْ قَالَ فَقَالَ ابْنُ السِّکِّیتِ تَاللَّهِ مَا رَأَیْتُ مِثْلَکَ قَطُّ فَمَا الْحُجَّةُ عَلَى الْخَلْقِ الْیَوْمَ قَالَ فَقَالَ (ع) الْعَقْلُ یُعْرَفُ بِهِ الصَّادِقُ عَلَى اللَّهِ فَیُصَدِّقُهُ وَ الْکَاذِبُ عَلَى اللَّهِ فَیُکَذِّبُهُ قَالَ فَقَالَ ابْنُ السِّکِّیتِ هَذَا وَ اللَّهِ هُوَ الْجَوَابُ»
«قَالَ ابْنُ السِّکِّیتِ لِأَبِی الْحَسَنِ (ع) لِمَا ذَا بَعَثَ اللَّهُ مُوسَى بْنَ عِمْرَانَ (ع) بِالْعَصَا وَ یَدِهِ الْبَیْضَاءِ وَ آلَةِ السِّحْرِ وَ بَعَثَ عِیسَى بِآلَةِ الطِّبِ وَ بَعَثَ مُحَمَّداً صَلَّى اللَّهُ عَلَیْهِ وَ آلِهِ وَ عَلَى جَمِیعِ الْأَنْبِیَاءِ بِالْکَلَامِ وَ الْخُطَبِ فَقَالَ أَبُو الْحَسَنِ (ع) إِنَّ اللَّهَ لَمَّا بَعَثَ مُوسَى (ع) کَانَ الْغَالِبُ عَلَى أَهْلِ عَصْرِهِ السِّحْرَ فَأَتَاهُمْ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ بِمَا لَمْ یَکُنْ فِی وُسْعِهِمْ مِثْلُهُ وَ مَا أَبْطَلَ بِهِ سِحْرَهُمْ وَ أَثْبَتَ بِهِ الْحُجَّةَ عَلَیْهِمْ وَ إِنَّ اللَّهَ بَعَثَ عِیسَى (ع) فِی وَقْتٍ قَدْ ظَهَرَتْ فِیهِ الزَّمَانَاتُ وَ احْتَاجَ النَّاسُ إِلَى الطِّبِ فَأَتَاهُمْ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ بِمَا لَمْ یَکُنْ عِنْدَهُمْ مِثْلُهُ وَ بِمَا أَحْیَا لَهُمُ الْمَوْتَى وَ أَبْرَأَ الْأَکْمَهَ وَ الْأَبْرَصَ بِإِذْنِ اللَّهِ وَ أَثْبَتَ بِهِ الْحُجَّةَ عَلَیْهِمْ وَ إِنَّ اللَّهَ بَعَثَ مُحَمَّداً (ص) فِی وَقْتٍ کَانَ الْغَالِبُ عَلَى أَهْلِ عَصْرِهِ الْخُطَبَ وَ الْکَلَام وَ أَظُنُّهُ قَالَ الشِّعْرَ فَأَتَاهُمْ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مِنْ مَوَاعِظِهِ وَ حِکَمِهِ مَا أَبْطَلَ بِهِ قَوْلَهُمْ وَ أَثْبَتَ بِهِ الْحُجَّةَ عَلَیْهِمْ قَالَ فَقَالَ ابْنُ السِّکِّیتِ تَاللَّهِ مَا رَأَیْتُ مِثْلَکَ قَطُّ فَمَا الْحُجَّةُ عَلَى الْخَلْقِ الْیَوْمَ قَالَ فَقَالَ (ع) الْعَقْلُ یُعْرَفُ بِهِ الصَّادِقُ عَلَى اللَّهِ فَیُصَدِّقُهُ وَ الْکَاذِبُ عَلَى اللَّهِ فَیُکَذِّبُهُ قَالَ فَقَالَ ابْنُ السِّکِّیتِ هَذَا وَ اللَّهِ هُوَ الْجَوَابُ»
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar