Please Wait
Hits
9494
9494
Tanggal Dimuat:
2017/05/30
Ringkasan Pertanyaan
Surah Al-Fathir ayat 33 hingga 35 ingin menjelaskan tentang permasalahan apa?
Pertanyaan
Mohon Anda jelaskan tafsir surah Al-Fathir ayat 33 hingga 35!
Jawaban Global
Ayat 33 hingga 35 surah Al-Fatir pada hakekatnya adalah kesimpulan pada ayat-ayat sebelumnya yaitu (Bagi mereka) surga ”Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera.
1. Surga Eden
Dalam lanjutan ayat, menjelaskan tentang tiga bagian nikmat-nikmat di dunia yang sebagian memiliki sisi materi dan lahir dan sebagian lainnya memiliki sisi maknawi dan batin dan bagian lainnya berkaitan dengan penolakan segala yang menghalangi. Allah berfirman: “(Bagi mereka) surga ”Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera.”
Mereka di dunia ini secara lahir dihiasi dengan amalan-amalan yang baik, Allah juga memvisualisasikan pakaian mereka di dunia lain dengan sutra.
2. Setelah mengingat nikmat-nikmat materi dan nikmat maknawi, Allah Swt berfirman:
Mereka yang telah diberikan karunia besar ini, semua penyebab kesedihan telah dijauhkan dari kehidupan mereka, langit ruh telah dibersihkan dari awan-awan gelap, maka mereka akan bersyukur. Mereka tidak takut akan adzab Ilahi, tidak takut akan kematian dan kebinasaan, tidak takut akan ketidakamanan dan tidak takut dari gangguan orang-orang yang berpikiran buruk.
Terkait bahwa yang dimaksud dengan kesedihan dalam ayat ini adalah apa, sebagian para mufassir berkata: duka dan sedih ini mengisyaratkan tentang duka dan sedih yang berkaitan dengan dunia. Sebagian juga berkata: Sedih dan duka yang menimpa mereka sebelum masuk surga karena mereka takut akan api neraka yang sudah selayaknya akan menimpa mereka dan karena Allah telah mempersilahkan mereka dan telah mencabut azab dari mereka dan memasukkan mereka ke dalam surga, maka mereka bersyukur kepada Allah Swt.
Namun nampaknya artinya adalah dengan masuknya manusia ke surga, semua kesedihan dan kepiluan akan hilang dari mereka karena kata-kata “hazan” mengisyaratkan segala bentuk sedih dan pilu. Oleh itu, para penghuni surga bersyukur atas karunia ini.[3]
Kemudian para kaum mukminin ahli surga ini menambahkan: “Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.”
Dengan sifat pengampun-Nya kesedihan yang pilu, ketergelinciran dan dosa-dosa akan tersingkirkan dan dengan sifat syukurnya, akan menerima keberkahan abadi yang tidak akan ada kesedihannya sama sekali yang telah Allah Swt anugerahkan kepada mereka. Dosa-dosa kami yang sangat banyak telah ditutupi dan amalan sedikit dan tidak ada apa-apanya dengan ungkapan syukur yang di ucapkan akan menerima ganjaran yang banyak.
Akhirnya mendapat tempat berakhir, yang tidak ada kelelahan, tidak ada hal-hal yang menyebabkan kesusahan, kecapaian dan penderitaan. Menurut nukilan dari para ahli surga: “Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.” “Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu".
Dari satu sisi, di sana adalah tempat tinggal. Dari sisi lain, meskipun umur panjangnya bersifat abadi dan dan secara pasti tidak ada kabar tentang masa penungguan yang dipenuhi dengan kesulitan dan kesakitan serta kesusahan, hal ini tidak akan membuat kelelahan sedikit pun bagi mereka karena pada setiap harinya nikmat-nikmat baru akan hadir dari Allah kepada penghuni surga.[4]
Kata “muqamah” bermakna tempat tinggal dan “dar al-muqamah” adalah rumah dimana penghuninya tidak akan keluar dari sana dan tidak akan pindah ke tempat lain. Kata “nashabun” bermakna lelah yang berarti susah dan sulit. Kata “lughub” bermakna lesu dan susah dalam mencari rezeki.
Kesimpulan makna ayat ini adalah: Allah yang telah menganugerahkan kepada kami, meskipun tidak layak telah memasukkan kami ke dalam rumah abadi, surga yang tidak ada kesusahan dan kelesuan, tidak juga menyebabkan kelelahan dan kecapaian karena segala yang kita inginkan telah tersedia.[5] [iQuest]
1. Surga Eden
«جَنَّاتُ عَدْنٍ یَدْخُلُونَها یُحَلَّوْنَ فیها مِنْ أَساوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَ لُؤْلُؤاً وَ لِباسُهُمْ فیها حَریرٌ»
“Janat” adalah bentuk plural dari “janah” bermakna kebun yang tanahnya menyebabkan tumbuhnya pohon-pohon yang banyak sehingga akan menyelimuti bumi.[1] “Adnan” adalah tetap dan stabil.[2] Oleh itu “janat adnan” adalah kebun-kebun yang penuh dengan pohon dan kekal di surga. Penafsiran dari surga ini menjelaskan bahwa nikmat-nikmat di surga bersifat abadi dan langgeng tidak seperti nikmat-nikmat materi di dunia.Dalam lanjutan ayat, menjelaskan tentang tiga bagian nikmat-nikmat di dunia yang sebagian memiliki sisi materi dan lahir dan sebagian lainnya memiliki sisi maknawi dan batin dan bagian lainnya berkaitan dengan penolakan segala yang menghalangi. Allah berfirman: “(Bagi mereka) surga ”Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera.”
Mereka di dunia ini secara lahir dihiasi dengan amalan-amalan yang baik, Allah juga memvisualisasikan pakaian mereka di dunia lain dengan sutra.
2. Setelah mengingat nikmat-nikmat materi dan nikmat maknawi, Allah Swt berfirman:
«وَ قالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذی أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنا لَغَفُورٌ شَکُورٌ»
“Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.”Mereka yang telah diberikan karunia besar ini, semua penyebab kesedihan telah dijauhkan dari kehidupan mereka, langit ruh telah dibersihkan dari awan-awan gelap, maka mereka akan bersyukur. Mereka tidak takut akan adzab Ilahi, tidak takut akan kematian dan kebinasaan, tidak takut akan ketidakamanan dan tidak takut dari gangguan orang-orang yang berpikiran buruk.
Terkait bahwa yang dimaksud dengan kesedihan dalam ayat ini adalah apa, sebagian para mufassir berkata: duka dan sedih ini mengisyaratkan tentang duka dan sedih yang berkaitan dengan dunia. Sebagian juga berkata: Sedih dan duka yang menimpa mereka sebelum masuk surga karena mereka takut akan api neraka yang sudah selayaknya akan menimpa mereka dan karena Allah telah mempersilahkan mereka dan telah mencabut azab dari mereka dan memasukkan mereka ke dalam surga, maka mereka bersyukur kepada Allah Swt.
Namun nampaknya artinya adalah dengan masuknya manusia ke surga, semua kesedihan dan kepiluan akan hilang dari mereka karena kata-kata “hazan” mengisyaratkan segala bentuk sedih dan pilu. Oleh itu, para penghuni surga bersyukur atas karunia ini.[3]
Kemudian para kaum mukminin ahli surga ini menambahkan: “Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.”
Dengan sifat pengampun-Nya kesedihan yang pilu, ketergelinciran dan dosa-dosa akan tersingkirkan dan dengan sifat syukurnya, akan menerima keberkahan abadi yang tidak akan ada kesedihannya sama sekali yang telah Allah Swt anugerahkan kepada mereka. Dosa-dosa kami yang sangat banyak telah ditutupi dan amalan sedikit dan tidak ada apa-apanya dengan ungkapan syukur yang di ucapkan akan menerima ganjaran yang banyak.
3. «الَّذی أَحَلَّنا دارَ الْمُقامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لا یَمَسُّنا فیها نَصَبٌ وَ لا یَمَسُّنا فیها لُغُوبٌ»
“Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu"Akhirnya mendapat tempat berakhir, yang tidak ada kelelahan, tidak ada hal-hal yang menyebabkan kesusahan, kecapaian dan penderitaan. Menurut nukilan dari para ahli surga: “Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.” “Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu".
Dari satu sisi, di sana adalah tempat tinggal. Dari sisi lain, meskipun umur panjangnya bersifat abadi dan dan secara pasti tidak ada kabar tentang masa penungguan yang dipenuhi dengan kesulitan dan kesakitan serta kesusahan, hal ini tidak akan membuat kelelahan sedikit pun bagi mereka karena pada setiap harinya nikmat-nikmat baru akan hadir dari Allah kepada penghuni surga.[4]
Kata “muqamah” bermakna tempat tinggal dan “dar al-muqamah” adalah rumah dimana penghuninya tidak akan keluar dari sana dan tidak akan pindah ke tempat lain. Kata “nashabun” bermakna lelah yang berarti susah dan sulit. Kata “lughub” bermakna lesu dan susah dalam mencari rezeki.
Kesimpulan makna ayat ini adalah: Allah yang telah menganugerahkan kepada kami, meskipun tidak layak telah memasukkan kami ke dalam rumah abadi, surga yang tidak ada kesusahan dan kelesuan, tidak juga menyebabkan kelelahan dan kecapaian karena segala yang kita inginkan telah tersedia.[5] [iQuest]
[1] Raghib Isfahani, Husain bin Muhammad, Al-Mufradat fi Gharib al-Quran, periset: Dawudi, Shafwan Adnan, hal. 203, Damisyq, Beirut, Dar al-Qalam, Al-Dar al-Syamiyyah, cet. 1, 1412 H.
[2] Ibid, hal. 553.
[3] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Quran, jil. 22, hal. 91, Beirut, Dar al-Ma’rifah, cet. 1, 1412 H.
[4] Silahkan lihat: Makarim Syirazi, Nashir, Tafsir Nemuneh, jil. 18, hal. 268-271, Tehran, Dar al-Kitab al-Islamiyah, cet. 1, 1374 H.
[5] Thabathabai, Sayid Muhammad Husain, Al-Mizan fi Tafsir al-Quran, jil. 17, hal. 47-48, Qum, Daftar Intisyarat Islami, cet. 5, 1417 H.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar