Advanced Search
Hits
8301
Tanggal Dimuat: 2012/10/18
Ringkasan Pertanyaan
Bagaimana penjelasan keadilan Ilahi dengan adanya penderitaan yang dialami hewan-hewan?
Pertanyaan
Bagaimana penjelasan keadilan Ilahi dengan adanya penderitaan yang dialami hewan-hewan?
Jawaban Global
Ada anggapan bahwa sebagaimana hewan-hewan tidak memiliki kekuatan berfikir dan berargumen, maka dari itu kebanyakan dari rasa sakit dan penderitaan yang mungkin dialami oleh mereka. Anggapan ini tentu saja tidak sesuai kenyataan.
Namun demikian tidak berarti mereka sama sekali tidak memiliki rasa sakit dan penderitaan, pada batasan tertentu mereka juga merasakan kesakitan dan penderitaan, hewan-hewan yang dipelihara oleh manusia dan hewan-hewan liar, keduanya mengalami persoalan-persoalan dan penderitaan, karena itu untuk mereka juga telah diciptakan mahsyar (hari dikumpulkan dan hari perhitungan).
Kiamat hewan berbeda dan lain dari kiamat manusia, dan sama sekali bukan berarti bahwa hewan-hewan dimintai pertanyaan dan adanya surga neraka untuk mereka. Mahsyar ini telah dibuktikan menurut beberapa ayat dan riwayat.
 
Jawaban Detil
Hewan-hewan adalah rangkaian besar dari fauna yang dapat dibagi menjadi beberapa jenis yang berbeda; perairan dan daratan (menurut habitatnya), burung dan binatang melata, jinak dan liar, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pembagian ini dan perbedaan jenis, tidak dapat diberikan hukum universal untuk keadaan mereka dan dapat menjelaskan keadilan Tuhan. Karena itu, pembahasan ini dapat dibagi menjadi 3 pokok bagian penting:
  1. Sejumlah hewan-hewan yang tidak dikenali manusia, dan mereka hidup sesuai dengan habitatnya, persoalan dan kesulitan yang besar juga dialami oleh mereka. Masalah ini juga kadang dialami oleh manusia, seperti kelaparan dan kehausan, tidak sesuainya lingkungan untuk kehidupan mereka dan seterusnya. Karena masalah-masalah ini juga terdapat pada manusia, jawaban yang mereka dapatkan juga dapat dijelaskan dalam persoalan ini (pada hewan).[1]
  2. Di samping beberapa persoalan ini, terdapat juga persoalan yang dikhususkan untuk mereka, kebanyakan dari mereka setiap harinya menyaksikan kematian dan terpaksa mereka harus melarikan diri dari para pemburu, mereka hidup dalam ketakutan dan mengikuti hukum rimba yang memberikan kesulitan, rasa sakit serta ketersiksaan untuk mereka.
  3. Terdapat juga hewan-hewan yang berada di tangan manusia dan mereka menjadi jinak oleh manusia; dikonsumsi oleh manusia, beragam dan bermacam jenis hewan dimanfaatkan oleh mereka yang akhirnya dibunuh dan dijadikan santapan oleh manusia dan lain sebagainya.
Al-Quran juga telah mengisyaratkan atas dukungan dalam persoalan  seperti ini dan telah dijadikan hak untuk manusia, dimana al-Quran menyatakan:
ٱللهُ الَّذي جَعَلَ لَكُمُ الْأَنْعامَ لِتَرْكَبُوا مِنْها وَ مِنْها تَأْكُلُونَ
Allah-lah yang menjadikan hewan ternak untukmu, sebagian untuk kamu kendarai dan sebagian lagi kamu makan.” (Qs. al-Mukmin [40]:79)
 
Jadi, harus kita lihat bagaimana kesemua ini dapat diyakini sesuai dengan keadilan Ilahi? Kita dapat menemukan jawaban dengan memperhatikan beberapa poin di bawah ini:
  1. Poin dasar yang harus diperhatikan pada pembahasan ini adalah adanya sebagian persoalan-persoalan secara natural dan suatu keniscayaan dunia yang sejumlah menjadi pemenang dan yang lain menjadi korban dan terkadang dia sendiri jadi makanan (santapan) yang lain. Namun, yang mengherankan bahwa hewan-hewan dalam persoalan ini mereka sama sekali tidak ekstrem, mereka ketika sudah kenyang, tidak akan melakukan perburuan dan hal ini menciptakan keteraturan yang luarbiasa di antara mereka, hanya sebagian dari manusia-manusia yang dengan (memiliki) sifat ekstrem ini, yang menghancurkan mata rantai makanan. Namun, syariat Islam melarang eksploitasi semacam ini, dan untuk perjalanan yang diniatkan untuk berburu, maka mereka tidak boleh meng-qashar salatnya.[2] Hukum yang diberikan atas perjalanan-perjalanan (dengan niat) untuk menghabiskan waktu, menurut sebagian Marja Agung Taklid ini termasuk perjalanan haram.[3]
  2. Untuk jenis yang ketiga dari persoalan-persoalan para hewan, perlu diperhatikan bahwa manusia adalah makhluk terbaik, secara rasional (aql) dan literal (naql) dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain. Jadi, hewan-hewan yang dimanfaatkan secara benar oleh manusia, mungkin itulah kesempurnaan yang mereka capai dan mungkin kesempurnaan adalah dengan memberikan manfaat kepada manusia. Tentu saja, manusia juga memiliki batasan-batasan dalam memanfaatkan hewan-hewan, jika manusia melampaui batas dari ketentuan nya, akan menyebabkan penderitaan dan kesulitan untuk hewan-hewan dan akan dihitung sebagai perbuatan dosa, hal yang kita saksikan mengenai perlakuan manusia terhadap sebagian hewan untuk bersenang-senang hewan-hewan dipertarungkan atau dalam sebuah perayaan matador[4] mereka menikmati penderitaan dan rasa sakit pada hewan-hewan dan seterusnya. Kesemua ini telah dilarang oleh Tuhan dan termasuk sebagai perbuatan dosa.
  3. Pada hewan-hewan mereka tidak memiliki sesuatu yang dapat dijadikan sebagai (untuk) berfikir dan bertafakkur. Mereka meskipun memiliki indra seperti manusia dan naluri, sebagian dari persoalan-persoalan mereka (dapat) memahami, akan tetapi mereka kosong dalam berfikir. Oleh karena nya, kebanyakan dari persoalan-persoalan yang bagi kita adalah sebuah kesulitan, rasa sakit, dan tersiksa, bagi mereka hal itu tidak memiliki makna dan sia-sia. Pemahaman kebebasan yaitu dimaknai dengan tidak menjadi tahanan yang lain dan memiliki pilihan sendiri, untuk manusia (hal itu) memiliki arti akan tetapi untuk hewan-hewan sama sekali tidak memilki perasaan terhadap kebebasan, kecuali jika serta merta mereka alami dan  dia berkembang dengan hal itu. Hewan meskipun dimanfaatkan (oleh manusia) mereka tidak akan mendongkol dan tersiksa dan lain sebagianya dan perihal penyembelihan juga dikategorikan dalam persoalan di atas. Hewan-hewan meskipun secara naluri mereka lari dari kematian dan berusaha untuk membebaskan diri dari bahaya, namun, mereka sama sekali tidak melihat kematian seperti yang manusia pikirkan dan karena nya penyembelihan mereka untuk sebagian manusia lebih menyakitkan dari hewan yang disembelih (dijadikan sembelihan). Dalam riwayat-riwayat juga diisyaratkan tidak pahaman hewan-hewan seperti manusia: “Jika hewan-hewan memahami (arti) kematian seperti manusia memahaminya, maka mereka tidak akan pernah gemuk (menggemukkan diri).”[5]
Dalam beberapa riwayat, beberapa persoalan dikatakan bahwa maksud hal tersebut adalah untuk meringankan tekanan pada hewan. Sebagai contoh salah satu tujuan syariat dalam penyembelihan adalah hewan tersebut mudah (tidak tersiksa) ketika disembelih. Begitupun menganggu dan menyiksa hewan-hewan sangat dicela bahkan sebagian dari riwayat-riwayat perlakuan buruk terhadap hewan dicela.[6] Begitu juga dimana Nabi Saw mengatakan memukul bagian depan (wajah) hewan adalah dilarang.[7]
  1. Prinsip dasar hubungan antara keadilan ilahi dengan teorema hewan adalah dikumpulkannya hewan-hewan. Dari sini telah jelas bahwa penderitaan dan kesulitan yang dialami oleh hewan tidak sejauh yang kita pikirkan dan ketika melihat dengan kacamata hewan, kita menyaksikan kehidupan mereka penderitaan dan kesulitan lebih sedikit dari yang kita gambarkan, tapi bagaimanapun banyak penderitaan dan kesulitan yang mereka alami dilakukan oleh alam, manusia dan bahkan terkadang hewan-hewan lainnya. Untuk mengimbangi persoalan hewan-hewan adalah diciptakannya mahsyar untuk mereka, dengan mahsyar ini, keadilan ilahi dengan sendirinya akan nampak secara menyeluruh.
Ayat-ayat al-Quran adalah yang paling pertama dan utama dalam memberikan dalil adanya hari perhitungan (mahsyar) untuk hewan-hewan:
«وَما مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلا طائِرٍ يَطيرُ بِجَناحَيْهِ إِلاَّ أُمَمٌ أَمْثالُكُمْ
 ما فَرَّطْنا فِي الْكِتابِ مِنْ شَيْ‏ءٍ ثُمَّ إِلى‏ رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ»
“Dan tidak ada seekor binatangpun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan. (Qs. al-An’am [6]:38)
Para mufassir, berpendapat bahwa ayat ini dalil atas adanya hari perhitungan untuk hewan-hewan[8]dan bahasan-bahasan yang panjang telah dikemukakan terkait dengan mahsyar ini dan batasan-batasan yang ada pada nya.
Terdapat juga ayat lain yang menjadi dalil terkait persoalan ini.
«وَ إِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ»
“Apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.” (Qs. al-Takwir [811]:5)
Riwayat-riwayat juga memberikan pembenaran terhadap pemahaman tersebut; sebagai contoh, Abu Dzar menukilkan bahwa suatu hari kami bersama Nabi, dua kambing sedang terlibat pertarungan dan dengan kedua tanduknya mereka saling menghantam. Nabi berkata: “Tahukah kalian kedua binatang ini mengapa saling bertarung?” Kami menjawab: “Kami tidak tahu.” Nabi berkata: “Hanya Tuhan yang tahu dan nantinya di antara mereka akan diadili.”[9]
Para tokoh juga dalam menafsirkan mahsyar ini, mereka memiliki argumen-argumen serta poin-poin penting.[10]
Tentu saja, mahsyar yang kita bahas ini berbeda dengan mahsyar pada manusia, dia memiliki pembahasan-pembahasan khusus yang dalam kesempatan kali ini tidak dapat dijelaskan secara luas.[11] [iQuest]
 

[1] . Hikmah dari  kesulitan dan rintangan yang dihadapi anak-anak yang tak berdosa. Pertanyaan 8487, Kematian orang-orang Terdekat dan Keadilan Tuhan, Pertanyaan 4849.
[2]. Jika seseorang berburu dengan niat untuk bersenang-senang, maka ia harus mengerjakan dengan sempurna salatnya (tidak qasar). Imam Khomeini, Taudhih al-Masâil (al-Muhassyâ), jil. 1, hal. 698, Nasyr Islami, Qum, Cet. Ke-7, 1424 H.
[3] .Ibid.
[4]. Seperti yang dilakukan di Spanyol.
[5] . Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 61, hal. 46, Muassasah al-Thab’ wa al-Nasyr, Beirut, Cet. I, 1410 H.
قال رسُولُ اللَّهِ(ص): «لَوْ تَعْلَمُ الْبَهَائِمُ مِنَ الْمَوْتِ مَا يَعْلَمُ ابْنُ آدَمَ مَا أَكَلْتُمْ سَمِيناً»
[6] .”Segala gangguan dan siksaan terhadap hewan adalah dilarang, seperti meletakkan barang berat dipunggung hewan dan memaksa hewan untuk berjalan cepat yang meyebabkan hewan tersebut tersiksa, serta memukul hewan secara berlebihan.” Syaikh Muhammad Taqi Ja'fari, Rasâ'il Fiqhi, hal. 118, Muassasah Mansyurat Karamat, Tehran, Cet. 1, 1419 H.
[7]. Syaikh Shaduq, Man Lâ Yahdhuruhu al-Faqih, Riset dan edit oleh Ali Akbar Ghaffari, jil. 4, hal. 9, Nasyr Islami, Qum, Cet. Ke-II, 1413 H.
[8].  Fadhl nin Hasan Thabarsi, Majma' al-Bayân fi Tafsir al-Qur'ân, Pendahuluan oleh Muhammad Jawad Balaghi, jil. 4, hal. 461, Nashir Khusruw, Tehran, Cet. Ke-3, 1372 S; Sayyid Muhammad Hussain Thabathaba'i, al-Mizân fi Tafsir al-Qur'ân, jil. 7, hal. 76, Nasyr Islami, Qum, Cet. Ke-5, 1417 H.
[9].  Majma' al-Bayân fî  Tafsir al-Qur'an, jil. 4, hal. 462.
[10]. Bihâr al-Anwâr, jil. 7, hal. 90.
[11]. Index: Mahsyar Hewan-hewan di Hari Kiamat, Pertanyaan 81.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261239 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246356 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230139 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214999 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176335 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171628 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168118 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158183 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140970 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134047 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...