Please Wait
Hits
11434
11434
Tanggal Dimuat:
2013/12/24
Ringkasan Pertanyaan
Apa yang harus kita lakukan setelah membaca ayat azab atau ayat-ayat rahmat dari al-Quran?
Pertanyaan
Apa yang harus kita lakukan setelah membaca ayat azab atau ayat-ayat rahmat dari al-Quran?
Jawaban Global
Apa yang diriwayatkan dari para maksum As dalam hal ini sejatinya mengajarkan kepada kita bahwa tatkala berhadapan dan membaca ayat-ayat yang memberikan berita gembira atau ancaman dan janji azab, maka saat itu hendaklah kita melakukan perenungan, apabila Anda merasa menjadi obyek wicarannya (mukhâtab) maka segala janji baik atau janji buruk itu akan Anda rasakan dan selami sepenuh jiwa.
- Imam para arif Ali bin Abi Thalib As dalam hal ini menyatakan, “Orang-orang bertakwa dan saleh...tatkala membaca ayat-ayat yang mengandung motivasi dan harapan (menjelaskan ganjaran yang bakalan diterima oleh orang-orang berbuat kebaikan) maka mereka akan merasa loba padanya dan memandang ayat-ayat tersebut dengan penuh kerinduan bahwa ganjaran yang diberitakan pada ayat itu kini di hadapan mata dan ia menyaksikannya. Dan tatkala membaca ayat-ayat yang mengandung ancaman dan ketakutan (menceritakan tentang hukuman yang bakalan diperoleh oleh orang-orang yang berbuat keburukan) mereka membuka hati mereka sedemikian nyaring mendengarkan teriakan dan lolongan penghuni neraka. Mereka (di hadapan Allah Swt melakukan rukuk) menundukkan badan dan (untuk sujud) meletakkan kening, kedua telapak tangan, kedua lutut dan jari-jari kakinya di atas tanah dan memohon kepada Allah Swt untuk dibebaskan (dari azab neraka).”[1]
- Dari Imam Shadiq As diriwayatkan, “Sudah selayaknya seorang hamba tatkala menunaikan salat membaca al-Quran dengan tartil dan tatkala tiba pada ayat yang menyebutkan tentang surga atau neraka, maka ia akan memohon surga kepada Allah Swt dan berlindung kepada Allah Swt dari neraka.”[2]
- Raja bin Dhahak berkata, “Imam Ridha As ketika malam hari di atas pembaringannya menghabiskan waktunya untuk membaca ayat-ayat al-Quran. Tatkala beliau membaca ayat-ayat yang menyebut surga atau neraka, beliau menangis dan memohon surga kepada Allah Swt serta berlindung kepada Allah Swt dari neraka.”[3]
Alasan di balik anjuran para imam maksum As untuk merenungi dan memikirkan ayat-ayat al-Quran sangatlah jelas; karena al-Quran sendiri tidak diturunkan untuk sekedar dibaca – meski membaca al-Quran itu tetap dianjurkan dan ditegaskan – melainkan diturunkan sehingga manusia memikirkan dan merenungkan ayat-ayatnya, menempatkan ajaran-ajaran al-Quran pada jiwanya kemudian mengamalkan pesan-pesannya. [iQuest]
[1]. Syarif al-Radhi, Nahj al-Balâghah, Riset dan edit oleh Subhi Shaleh, hal. 304, Hijrat, Qum, Cetakan Pertama, 1414 H.
«فَإِذَا مَرُّوا بِآیَةٍ فِیهَا تَشْوِیقٌ رَکَنُوا إِلَیْهَا طَمَعاً وَ تَطَلَّعَتْ نُفُوسُهُمْ إِلَیْهَا شَوْقاً وَ ظَنُّوا أَنَّهَا نُصْبَ أَعْیُنِهِمْ وَ إِذَا مَرُّوا بِآیَةٍ فِیهَا تَخْوِیفٌ أَصْغَوْا إِلَیْهَا مَسَامِعَ قُلُوبِهِمْ وَ ظَنُّوا أَنَّ زَفِیرَ جَهَنَّمَ وَ شَهِیقَهَا فِی أُصُولِ آذَانِهِمْ فَهُمْ حَانُونَ عَلَى أَوْسَاطِهِمْ مُفْتَرِشُونَ لِجِبَاهِهِمْ وَ أَکُفِّهِمْ وَ رُکَبِهِمْ وَ أَطْرَافِ أَقْدَامِهِمْ یَطْلُبُونَ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى فِی فَکَاکِ رِقَابِهِم».
«فَإِذَا مَرُّوا بِآیَةٍ فِیهَا تَشْوِیقٌ رَکَنُوا إِلَیْهَا طَمَعاً وَ تَطَلَّعَتْ نُفُوسُهُمْ إِلَیْهَا شَوْقاً وَ ظَنُّوا أَنَّهَا نُصْبَ أَعْیُنِهِمْ وَ إِذَا مَرُّوا بِآیَةٍ فِیهَا تَخْوِیفٌ أَصْغَوْا إِلَیْهَا مَسَامِعَ قُلُوبِهِمْ وَ ظَنُّوا أَنَّ زَفِیرَ جَهَنَّمَ وَ شَهِیقَهَا فِی أُصُولِ آذَانِهِمْ فَهُمْ حَانُونَ عَلَى أَوْسَاطِهِمْ مُفْتَرِشُونَ لِجِبَاهِهِمْ وَ أَکُفِّهِمْ وَ رُکَبِهِمْ وَ أَطْرَافِ أَقْدَامِهِمْ یَطْلُبُونَ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى فِی فَکَاکِ رِقَابِهِم».
[2]. Muhammad bin al-Hasan Thusi, Tahdzib al-Ahkam, Riset dan edit oleh Hasan al-Musawi, jil. 2, hal. 124, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, Cetakan Keempat, 1407 H.
«عَنْ أَبِی عَبْدِ اللَّهِ (ع) قَالَ: یَنْبَغِی لِلْعَبْدِ إِذَا صَلَّى أَنْ یُرَتِّلَ فِی قِرَاءَتِهِ فَإِذَا مَرَّ بِآیَةٍ فِیهَا ذِکْرُ الْجَنَّةِ وَ ذِکْرُ النَّارِ سَأَلَ اللَّهَ الْجَنَّةَ وَ تَعَوَّذَ بِاللَّهِ مِنَ النَّار»
«عَنْ أَبِی عَبْدِ اللَّهِ (ع) قَالَ: یَنْبَغِی لِلْعَبْدِ إِذَا صَلَّى أَنْ یُرَتِّلَ فِی قِرَاءَتِهِ فَإِذَا مَرَّ بِآیَةٍ فِیهَا ذِکْرُ الْجَنَّةِ وَ ذِکْرُ النَّارِ سَأَلَ اللَّهَ الْجَنَّةَ وَ تَعَوَّذَ بِاللَّهِ مِنَ النَّار»
[3]. Muhammad bin Hasan Syaikh Hurr Amili, Wasâil al-Syiah, jil. 6, hal. 217, Muassasah Alu al-Bait As, Qum, Cetakan Pertama, 1409 H.
. «عَنْ رَجَاءِ بْنِ أَبِی الضَّحَّاکِ عَنِ الرِّضَا (ع) أَنَّهُ کَانَ یُکْثِرُ بِاللَّیْلِ فِی فِرَاشِهِ مِنْ تِلَاوَةِ الْقُرْآنِ- فَإِذَا مَرَّ بِآیَةٍ فِیهَا ذِکْرُ جَنَّةٍ أَوْ نَارٍ بَکَى وَ سَأَلَ اللَّهَ الْجَنَّةَ وَ تَعَوَّذَ بِهِ مِنَ النَّارِ»
. «عَنْ رَجَاءِ بْنِ أَبِی الضَّحَّاکِ عَنِ الرِّضَا (ع) أَنَّهُ کَانَ یُکْثِرُ بِاللَّیْلِ فِی فِرَاشِهِ مِنْ تِلَاوَةِ الْقُرْآنِ- فَإِذَا مَرَّ بِآیَةٍ فِیهَا ذِکْرُ جَنَّةٍ أَوْ نَارٍ بَکَى وَ سَأَلَ اللَّهَ الْجَنَّةَ وَ تَعَوَّذَ بِهِ مِنَ النَّارِ»
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar