Advanced Search
Hits
10914
Tanggal Dimuat: 2011/11/08
Ringkasan Pertanyaan
Mengapa Allah Swt harus memiliki segala kesempurnaan?
Pertanyaan
Dalam pembahasan ihwal keesaan Tuhan, kita berkata bahwa apabila terdapat dua Wujud Mesti (Wâjib al-Wujud) maka di antara keduanya harus terdapat perbedaan; artinya salah satu dari keduanya harus memiliki sifat wajib dan yang lainnya tidak. Demikian sebaliknya. Dan sebagai kesimpulannya disebutkan, karena wajib ini hampa kesempurnaan maka ia membutuhkan dan bersifat mumkin (kontingen). Namun pertanyaan yang mengemuka bagi saya adalah, mungkinkah wajib ini sama sekali tidak membutuhkan pada tipologi ini. Atau dengan kata lain, mengapa Wajib mesti memiliki keseluruhan kesempurnaan?
Jawaban Global

Kesatuan yang berlaku di alam semesta menjadi penghalang bagi kita untuk menggambarkan adanya entitas yang memiliki sebagian kesempurnaan tertentu dan pada saat yang sama tidak membutuhkan pada jenis kesempurnaan dari yang lain. Hal ini hanya dapat diilustrasikan pada berbagai kesempurnaan non-hakiki (i’tibâri) dan keseharian, namun pada tataran eksistensial hal seperti ini tidak dapat terealisir.

Jawaban Detil

Dalam penalaran dan argumentasi, terdapat sebuah entitas yang diasumsikan memiliki seluruh kesempurnaan kecuali sebagian kesempurnaan yang menjadikannya berbeda dengan asumsi wujud Mesti lainnya. Berdasarkan asumsi penanya, tidak memerlukan kesempurnaan-kesempurnaan yang lain.

Nah sekarang harus disimak apakah asumsi yang terdapat dalam pikiran seperti ini dapat diterapkan pada alam eksistensi dan dapat terealisir pada alam luaran?

Faktanya adalah bahwa segala kesempurnaan penciptaan dan eksistensial berbeda dengan kesempurnaan-kesempurnaan non-hakiki (i’tibâri) dan urf yang tidak dapat mengada tanpa adanya hubungan sama sekali dengan yang lain sehingga dapat terealisir pada alam kenyataan. Pembahasan ini pada tempatnya sendiri dapat dijelaskan dan ditetapkan secara detil.

Dengan ungkapan lain, apa yang kita saksikan pada alam luaran (nyata), hubungan di antara kesempurnaan-kesempurnaan ini tidak terpisah dan terkotak-kotak melainkan setiap entitas selaras dan sejalan dengan entitas-entitas alam lainnya. Tiada batasan hitungan detik yang dapat diklaim secara sempurna terpisah dari yang lainnya. Yang ada adalah bahwa, semakin kita menanjak naik pada tingkatan kesempurnaan yang lebih tinggi, maka semakin kita menyaksikan kesatuan, keselarasan dan kesejalanan yang lebih besar diantara kesempurnaan-kesempurnaan yang banyak di alam semesta.

Dengan menetapkan pra-asumsi seperti ini kita tidak dapat mengilustrasikan sebuah entitas yang memiliki seluruh kesempurnaan kecuali sebagian kesempurnaan dan sama sekali tidak memiliki hubungan dengan kesempurnaan-kesempurnaan lainnya. Karena berhubungan dengan kesempurnaan-kesempurnaan lainnya maka secara esensial ia akan membutuhkan kesempurnaan dalam kesempurnaannya (hal ini telah ditetapkan dalam Filsafat sesuai dengan kaidah imkân asyrâf).

Karena itu, entitas seperti ini meski berada pada tingkatan tertinggi kesempurnaan namun ia tidak dapat menjadi Wajib Mesti (Wâjib al-Wujud). Mungkin dengan mengadakan komparasi dengan tradisi keseharian manusia, gambaran ini juga berlaku pada Wujud Mesti yang diasumsikan. Karena acap kali terjadi bahwa seseorang yang memiliki sebagian kesempurnaan mengklaim bahwa tidak terdapat lagi kesempurnaan yang lain dan tetap berkutat dengan kebodohan ganda ini. Namun pada alam takwini (penciptaan) tidak demikian adanya. Setiap kebenaran adalah sebuah realitas dan hakikat yang terpendam pada zat satu entitas. Sifat ‘tidak membutuhkan’ tidak dapat direalisir hanya dengan mengklaim bahwa ia tidak membutuhkan.

Dengan demikian, dalam satu kalimat, kesatuan yang berlaku di alam semesta menjadi penghalang bagi kita untuk menggambarkan adanya entitas yang hanya memiliki jenis khusus kesempurnaan secara eksklusif dan sama sekali tidak membutuhkan jenis kesempurnaan yang lain. Hal ini hanya dapat diilustrasikan pada kesempurnaan-kesempurnaan non-hakiki dan tradisi keseharian masyarakat atau ilmu-ilmu teknik, namun tidak dapat terealisir pada tingkatan-tingkatan tertinggi alam eksistensi.

Dalam al-Qur’an, sehubungan dengan keesaan Tuhan disebutkan demikian, “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa.” (Qs. Al-Anbiya [21]:22)

Dalam penjelasan ini diungkap secara langsung ihwal keesaan Tuhan dengan berlakunya keselarasan, kesinambungan dan tiadanya perbedaan dan perselisihan di alam eksistensi dan sistem penciptaan. Prinsip gamblang ini telah dijadikan sandaran untuk menjelaskan absurditas dan kemustahilan adanya kejamakan pada Wujud Mesti (Wâjib al-Wujûd). Prinsip ini juga menjelaskan sebaik-baik dan seglobal-global cara untuk menetapkan tiadanya kemungkinan kejamakan dalam Wujud Mesti.

Terdapat argumen-argumen filosofis lainnya yang dijelaskan secara lebih detil dan lebih rumit yang ujung-ujungnya kembali pada prinsip ini. [IQuest]

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261029 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246170 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229987 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214829 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176174 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171488 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167949 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158005 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140781 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133951 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...