Please Wait
46848
Dalam kebudayaan Arab sejumlah nama-nama yang disertai dengan awalan abu (bagi kaum pria) dan umm (bagi kaum wanita) disebut sebagai kuniyah.
Tradisi membuat nama dalam bentuk kuniyah (julukan) bagi orang-orang di kalangan suku-suku Arab adalah semacam bentuk pemuliaan dan penghormatan terhadap seseorang,[1] misalnya Abu al-Qasim, Abu al-Hasan, Ummu Salamah, Ummu Kultsum dan lain sebagainya.
Masalah ini juga mendapat perhatian dalam syariat Islam. Ghazali dalam hal ini menulis, “Rasulullah Saw memanggil para sahabatnya dengan kuniyah mereka. Hal ini dilakukan untuk menghormati dan mengambil hati mereka. Bagi yang tidak memiliki kuniyah, Rasulullah Saw memilihkan kuniyah untuk mereka dan kemudian beliau memanggilnya dengan kuniyah tersebut. Orang-orang juga selepas itu, memanggil orang itu berdasarkan kuniyah yang diberikan oleh Rasulullah Saw. Bahkan bagi mereka yang tidak memiliki anak supaya mereka memiliki kuniyah, Rasulullah Saw memberikan kuniyah pada mereka.
Rasulullah Saw memiliki tradisi bahkan memilihkan kuniyah juga bagi anak-anak dan memanggil mereka misalnya dengan Aba Fulan sehingga dengan cara seperti ini juga dapat merebut hati anak-anak.”[2]
Diriwayatkan dari Imam Ridha As, “Apabila seseorang hadir di suatu tempat maka panggillah ia dengan kuniyah-nya dan apabila tidak ada maka panggilah ia dengan namanya.”[3]
Demikian juga diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Di antara sunnah yang baik adalah manusia memilih nama anaknya sebagai kuniyah-nya.”[4]
Karena itu, sesuai dengan definisi kuniyah yang telah dikemukakan, kuniyah Rasulullah Saw adalah Abu al-Qasim karena salah satu nama putra Rasulullah Saw adalah Qasim.[5] Karena itulah Rasulullah Saw dipanggil dengan nama Abu al-Qasim; seperti Aba Abdillah buat Imam Husian As karena putranya yang masih menyusui bernama Abdullah al-Radhi’ (Ali Ashgar).
Akan tetapi, disebutkan pada sebagian hal bagi mereka yang tidak dapat menerima kuniyah seseorang, mereka membuat kuniyah yang serupa untuk merendahkannya dan menyebutnya dengan nama itu sehingga kemudian terkenal dengan kuniyah itu; seperti Abu Jahal yang sebelum Islam kuniyah-nya adalah Abu Hakam, tatkala ia menentang Islam dan Rasulullah Saw, kuniyah Abu Hakam tidak lagi cocok baginya; karena itu orang-orang memilihkan nama Abu Jahal untuknya. [iQuest]
[1]. Silahkan lihat, Lughat Nâme Dekhâda, jil. 11, hal. 16452, klausul “ku-ni-yah” Danesygah-e Teheran, Cetakan Pertama, Edisi Baru, 1373 S.
[2]. Mustafa Husaini Dasyti, Ma’ârif dan Ma’arîf, jil. 8, hal. 595, Muassasah Tahqiqat wa Nasyr Ma’arif Ahlulbait As.
[3]. Abu al-Fadhl Thabarsi, Misykât al-Anwâr, hal. 324, Kitabkhane Haidariyah, Najaf, 1385 H.
"إذا كان الرجل حاضرا فكنه و إن كان غائبا فسمه"
[4]. Hurr ‘Amili, Wasâil al-Syiah, Muassasah Ali al-Bait As, Qum, 1409 H.
"السُّنَّةُ وَ الْبِرُّ أَنْ يُكَنَّى الرَّجُلُ بِاسْمِ ابْنِهِ"
[5]. Qasim adalah putra Rasulullah Saw yang meninggal pada masa belia sebelum mencapai usia baligh.