Advanced Search
Hits
14172
Tanggal Dimuat: 2012/03/08
Ringkasan Pertanyaan
Apa makna tauhid dalam penciptaan (khâliqiyat)?
Pertanyaan
Apa makna tauhid dalam penciptaan (khâliqiyat)?
Jawaban Global

Tauhid dalam penciptaan artinya bahwa tiada satu pun pencipta dalam dunia keberadaan selain Allah Swt. Seluruh kontingen (mumkinât) dan entitas yang ada di alam semesta, karya dan perbuatan-perbuatan mereka, bahkan manusia dan seluruh ciptaan-ciptaan dan temuan-temuan secara hakiki, tanpa basa-basi, adalah makhluk Allah Swt. Apa yang ada di alam semesta seluruhnya adalah makhluk-Nya, meski sebagian tanpa perantara dan sebagian dengan perantara.

Jawaban Detil

Makna Tauhid dalam Penciptaan

Sifat mencipta dan kepenciptaan adalah salah satu sifat Allah Swt. Sifat ini memerlukan argumen-argumen penetapan keberadaan Tuhan. Karena kandungan argumen-argumen ini adalah bahwa Allah Swt merupakan sumber utama dan prima kausa seluruh entitas yang ada. Hal yang mengemuka dalam argumen ini adalah bahwa Allah Swt dalam sifat penciptaan tidak memiliki mitra dan pencipta semesta tidak lain kecuali Allah Swt. Karena itu salah satu cabang tauhid adalah tauhid dalam penciptaan.[1]

Dengan kata lain, tauhid dalam penciptaan artinya bahwa dalam alam semesta kita tidak tidak memiliki lebih dari satu Pencipta yang mandiri dan Pencipta segala sebab yang lain dalam tataran vertikal penciptaan-Nya. Segala sesuatu terjadi di alam semesta adalah sesuai dengan izin dan perintah-Nya.[2]

Tauhid penciptaan yang terkadang juga disebut sebagai tauhid khâliqiyyah atau tauhid dalam perbuatan (af’al) dalam terminologi filsafat bermakna bahwa seluruh sistem, sebab-sebab, akibat-akibat perbuatan dan pekerjaan Allah Swt bersumber dari kehendak-Nya. Seluruh entitas yang terdapat di alam semesta sebagaimana pada esensinya tidak memiliki kemandirian eksistensial dalam tataran sebab-akibat juga tidak memiliki kemandirian.

Walhasil, Allah Swt sebagaimana tidak memiliki sekutu dalam zat-Nya demikian juga pada perbuatan-Nya. Tauhid perbuatan adalah obyek nyata tasbih “Lâ haula walâ quwwata illâ bilLâh” yang dijelaskan dalam filsafat dengan kaidah “Lâ muattsir fi al-wujûd illâLlâh.”[3]

Apakah akal menerima tauhid dalam penciptaan?

Akal dengan jelas memberikan kesaksian atas keesaan pencipta alam semesta, karena sesuai dengan tuntutan argumen-argumen penetapan keberadaan Tuhan – khususnya argumen imkan dan wujub – seluruh entitas dan kontingen (mumkin) adalah  akibat dan makhluk dari Wajib al-Wujud secara esensial (Allah Swt). Sesuai dengan tuntutan dalil-dalil tauhid dzati, wajib al-wujud bidzzat (Wujud Mesti secara Esensial) adalah Esa. Dan sebagai kesimpulannya pencipta dan pengada alam semesta tidak lain hanyalah Allah Swt.[4]

Bagaimana al-Qur’an memandang masalah ini?

Al-Qur’an dalam beberapa ayat menandaskan tentang keesaan Pencipta alam semesta. Al-Qur’an menyatakan:

  1. Katakanlah, “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (Qs. Al-Ra’ad [13]:16)
  2. “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia-lah pemelihara segala sesuatu.” (Qs. Al-Zumar [39]:62)
  3. “Yang demikian itu adalah Allah, Tuhan-mu, Pencipta segala sesuatu, tiada Tuhan melainkan Dia.” (Qs. Ghafir [40]:62)
  4. “Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?” (Qs. Al-Fathir [35]:3)
  5. “Musa berkata, “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada makhluk-Nya segala sesuatu (yang mereka butuhkan), kemudian memberi petunjuk kepada mereka.” (Qs. Thaha [20]:50)

Beberapa Riwayat tentang Tauhid dalam Penciptaan

Terdapat beberapa riwayat yang juga menegaskan tauhid dalam penciptaan. Imam Ali As dalam hal ini bersabda, “Dalam penciptaan semut (dan semisalnya) tiada satu pun yang bersekutu dengan Allah Swt dan tiada satu pun yang menolong-Nya.”[5]

Lebih jauh, Imam Ali As mengimbuhkan, “Tiada sekutu bagi Allah Swt yang membantunya dalam menciptakan pelbagai keajaiban dunia.”[6] Dan masih banyak riwayat lainnya.

Apakah Tauhid dalam Penciptaan bermakna Pengingkaran terhadap Mekanisme Kausalitas dan Determinisme?

Dari sini harus diakui bahwa pembatasan penciptaan pada Allah Swt tidak bermakna pengingkaran terhadap tradisi dan kebiasaan yang berlaku di antara fenomena-fenomena natural. Lantaran mekanisme kausalitas dalam bagian-bagian dunia materi tidak bermakna adanya kemandiran pada sebab-sebab, dalam kausalitas dan pengadaan segala sesuatu, melainkan Allah Swt menciptakan mekanisme ini pada dunia materi dan Allah Swt sendiri yang mengadakan aturan ini. Matahari dan udara sangat berpengaruh pada proses kesuburan tanah, demikian juga air dalam proses pertumbuhan tanaman, namun adanya pengaruh dan efek yang ditimbulkannya semuanya bergantung pada izin Allah Swt dan merupakan salah satu manifestasi sunnatullah di alam eksistensi.

Mereka yang menafsirkan keyakinan terhadap tauhid dalam penciptaan adalah sama dengan mengingkari adanya hukum kausalitas dan hubungan material di antara bagian-bagian alam semesta, telah berbuat kesalahan dan atas dasar itu mereka menyatakan agama mengingkari dan menentang ilmu pengetahuan.[7]

Karena itu, tauhid dalam penciptaan tidak bermakna menafikan ikhtiar dan menyokong determinisme, melainkan bahwa pencipta seluruh perbuatan adalah Allah Swt dan kehendak kita berada sejajar secara vertikal dengan kehendak Allah Swt. [iQuest]

 


[1]. Ali Rabbani Gulpaigani, ‘Aqâid Istidlâli, Site Andisheh Qum.  

[2]. Site Hauzah Net.   

[3]. Asfar,  jil. 2, hal. 216-219. Nihâyat al-Hikmah, jil. 3, hal. 677. Muthahhari, Majmu’e Âtsâr, jil. 2, hal. 103. Ihsan Tarkasywand, Tauhid wa Marâtib Ân.  

[4]. Ali Rabbani Gulpaigani, ‘Aqâid Istidlâli, Site Andisheh Qum.   

[5]. Nahj al-Balâghah, Khutbah 185.  

[6]. Ibid, Khutbah 91.  

[7]. Ja’far Subhani, Penerjemah Jawad Muhadditsi, Simâi ‘Aqâid Syiah, hal. 56, Masy’ar. 

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259830 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245598 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229503 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214290 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175599 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170980 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167398 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157458 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140309 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133538 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...