Advanced Search
Hits
8903
Tanggal Dimuat: 2009/09/22
Ringkasan Pertanyaan
Apakah dalam al-Qur'an disebutkan bahwa mazhab minoritas harus mengenakan hijab (dalam pemerintahan Islam)?
Pertanyaan
Apakah dalam al-Qur'an disebutkan bahwa mazhab minoritas harus mengenakan hijab (dalam pemerintahan Islam)?
Jawaban Global

Syubha ini boleh jadi tersimpan dalam benak setiap orang bahwa apa perlunya aturan hijab bagi kaum Muslimin dan bagi agama minoritas (orang-orang Kristen dan Yahudi)? Apa yang menjadi dasar dan sesuai dengan kaidah apa aturan ini diterapkan bagi mereka?

Dalam hal ini kami mengajak Anda untuk memperhatikan beberapa poin berikut ini:

1.     Apa yang dapat disimpulkan dari al-Qur'an terkait dengan masalah hijab adalah bahwa hijab bukanlah membatasi kaum perempuan melainkan memelihara dan didasari oleh faktor ingin menjaga kemuliaan wanita.

2.     Di samping itu, sebelum hijab menjadi aturan dan hukum Islam, ia merupakan anugerah dan amanah Ilahi bagi seluruh agama dan seluruh umat manusia; lantaran banyaknya manfaat yang terpendam di dalamnya.

3.     Untuk mendapatkan manfaat dan pengaruh hijab pada masyarakat Islam hanya mungkin dapat terlaksana dengan menjaga seluruh aturan pada seluruh strata masyarakat di bawah pemerintahan Islam.

4.     Kaum minoritas di setiap negara berkewajiban untuk mentaati aturan dan konstitusi yang berlaku di negaranya masing-masing, agama minoritas yang hidup di Iran juga demikian adanya. Mereka berkewajiban untuk mematuhi aturan dan konstitusi yang berlaku di negara Republik Islam Iran, di antaranya adalah mengenakan hijab dan busana Islami dengan maksud untuk menjaga keselamatan spirit dan jiwa masyarakat.

5.     Agama minoritas sesuai dengan ajaran-ajaran agama mereka juga memiliki kewajiban untuk mengenakan hijab.

Jawaban Detil

Hijab Islami merupakan manifestasi keindahan yang bersumber dari kedalaman fitrah suci seorang manusia dan keyakinan agama. Dengan mengenakan hijab upaya untuk mewujudkan dunia yang penuh keamanan, kenyamanan, kemuliaan jiwa, percaya diri dan sebagianya dapat dilaksanakan. Demikianlah hukum Islam, dengan kebijaksanaan dan pengaturan Ilahi, yang diwajibkan atas kaum perempuan. Sejatinya hijab merupakan hadiah Ilahi bagi masyarakat manusia dan Islam.

Kecendrungan kaum perempuan yang kian hari kian bertambah terhadap perkara penuh kebijaksanaan Ilahi ini di belahan dunia Barat. Hal ini kemudian menggejala di Barat setelah mereka mencicipi rasa getir tanpa hijab dan buruk hijab. Hal ini sendiri merupakan indikasi dan penjelas ungkapan yang terkenal itu bahwa hijab untuk menjaga bukan untuk membatasi.

Dengan memperhatikan manfaat dan pengaruh hijab, kedua hal ini dapat menjelaskan dengan lebih baik bahwa keharusan hijab sebagai hadiah Ilahi dari satu sisi dan keharusan implementasinya dalam format aturan dan konstitusi masyarakat manusia dan Islam dari sisi lainnya.

 

Manfaat dan pengaruh utama hijab

Beberapa poin berikut ini secara global adalah manfaat dan pengaruh utama hijab:

A.    Menciptakan ketenangan jiwa pada diri seseorang: Di antara hasil yang dapat diperoleh dengan mengenakan hijab pada sisi personal adalah tiadanya provokasi seksual. Dan sebagai titik seberang dari poin ini yaitu tiadanya hijab dan kebebasan dan interaksi tanpa norma dan aturan antara pria dan wanita adalah munculnya provokasi seksual di antara keduanya. Dan insting seksual yang merupakan insting yang kuat dan menghancurkan. Kondisi tanpa norma dan aturan ini laksana api yang tersulut sehingga semakin banyak kayunya maka apinya akan semakin menjilat dan membakar.

B.    Semakin menguatkan institusi keluarga: Manfaat lain yang penting dari hijab pada sisi keluarga, pengkhususan kelezatan seksual pada lingkungan keluarga dan alur-alurnya yang legal. Pengkhususan yang dimaksudkan menjadi penyebab eratnya dan lekatnya hubungan yang lebih kuat antara istri dan suami dan sebagai hasilnya semakin kuatnya pranata keluarga dan sebaliknya, tiadanya hijab akan menyebabkan kehancuran rumah tangga sebagai sebuah rukun dari rukun masyarakat.

Salah seorang penulis, terkait dengan pengaruh budaya telanjang atas kerusakan dan keroposnya pohon keluarga menulis sebagai berikut: Pada sebuah komunitas yang berlaku budaya telanjang di dalamnya, setiap pria dan wanita senantiasa berada pada kondisi diperbandingkan. Membandingkan apa yang ia punyai dan apa yang tidak ia punyai. Apa yang mencerabut akar keutuhan sebuah rumah tangga adalah perbandingan api hawa nafsu ini pada wanita dan suami dan khususnya pada diri suami.[1]

Sangat jelas bahwa buah beracun akibat dari perbandingan ini pada masyarakat yang terdeprivasi dari anugerah hijab. Dan apa yang disebut sebagai runtuhnya tatanan keluarga di dunia Barat adalah sebagai hasil dari jauhnya masyarakat dari hijab. Sebagai kebalikannya, masyarakat yang memandang hijab sebagai hadiah Ilahi dan memandang diri mereka wajib menjaga hijab, tidak hanya langkah perdana yang ia ayunkan dalam menjaga tatanan keluarga, akan tetapi wibawa dan kehormatan kemanusiaannya juga ia tunaikan. Demikian juga, mereka terjaga dari pelecehan, gangguan dan pandangan beracun yang berpengaruh pada diri dan masyarakat.

C.    Menciptakan peluang bagi manusia untuk menyempurna dan meninggi: Dalam perspektif kita (sebagai seorang Muslim) hijab adalah untuk menjaga bukan membatasi. Pada atmosfer dimana hijab diamalkan maka peluang untuk meninggi dan menyempurna semakin terbuka lebar bagi manusia. Karena itu, kita menyebut bahwa tanpa hijab bahkan bagi masyarakat Barat adalah sebuah racun yang mematikan dan kita percaya bahwa semakin budaya telanjang ini tersebar maka manusia akan semakin menjauh dari tujuan untuk apa ia diciptakan.

Hukum ini laksana hukum-hukum yang lain dalam Islam yang bertujuan untuk menciptakan peluang yang tepat bagi manusia supaya melenggang mulus menapaki jalan kesempurnaan yang telah didesain oleh Allah Swt. Dari sudut pandang ini, wanita diumpamakan sebagai setangkai bunga yang harus dijaga dan ditutupi sehingga tidak menjadi sasaran empuk para penjarah dan pria asing.

Wanita dipandang sebagai mutiara berharga yang harus disimpan dalam peti hijab sehingga ia terjaga dari tangan para pencuri. Dengan budaya hijab, setiap wanita tidak boleh dengan kondisi yang tidak pantas (tanpa hijab) hadir di tengah-tengah pertemuan sosial bercampur dengan non-mahram. Dengan menjaga hijab, para pemuda di negeri ini dapat dengan mudah menuntut ilmu yang mereka cari dan berhasil meraih tingkatan-tingkatan tertinggi moral dan kemanusiaan. Sesungguhnya hijab banyak memiliki manfaat dan pengaruh yang, mengingat keterbatasan ruang dan waktu, hanya sebagian disebutkan di sini.

Di sini kita dapat berkata bahwa: Hukum menutupi diri dari pandangan non-mahram dan hukum hijab merupakan hukum Islam yang memiliki dalil filsafat tersendiri yang harus ditunaikan oleh kaum Muslimin dan non-Muslim pada masyarakat Islam. Dengan memperhatikan poin-poin ini Allah Swt berfirman pada ayat 31 surah al-Nur (24): " Katakanlah kepada kaum laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluan mereka; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada kaum wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang (biasa) nampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada (supaya dada dan leher mereka tertutupi), dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara perempuan mereka, wanita-wanita seagama mereka, budak-budak yang mereka miliki, laki-laki kurang akal yang ikut bersama mereka dan tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan pada saat berjalan, janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

 

Pada akhir ayat ini segala jenis faktor provokatif (seksual) dilarang. Dan disebutkan bahwa pada saat berjalan kaum perempuan dilarang untuk memukulkan kaki mereka aga diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Perintah ini menunjukkan bahwa sedemikian Islam menerapkan aturan ketat berkenaan dengan kesucian masyarakat secara umum sehingga yang sedemikian juga dilarang. Apatah lagi faktor-faktor lainnya yang lebih menyemburkan api syahwat. Seperti penyebaran foto-foto seksi dan film-film yang membisikkan, kisah-kisah roman dan cerita-cerita seksual. Tanpa ragu lingkungan Islami harus terjaga dari masalah-masalah seperti ini yang memancing para pelanggan kepada sentral-sentral maksiat, yang mengajak putra dan putri untuk berlaku amoral dan asusila.[2]

Jelas bahwa realisasi hukum-hukum seperti ini dapat diwujudkan ketika masyarakat mengimplementasikan hijab Islami baik dari kalangan Muslimin atau non-Muslim. Dan tidak masuk akal apabila ada orang yang berkata bahwa tidak diterapkanya aturan hijab pada masyarakat Islam tidak akan menyebabkan kerusakan di kalangan pemuda dan runtuhnya tatanan rumah tangga. Sesungguhnya pernyataan ini mirip dengan pernyataan seseorang yang berkata bahwa mengapa kaum minoritas tidak dapat meminum minuman keras di tengah masyarakat?

Dalam menanggapi pernyataan ini kita harus berkata bahwa Islam tidak membatasi kebebasan personal demi kemaslahatan sosial. Menurut kami, membiarkan masyarakat melakukan perbuatan dosa di tengah masyarakat secara terang-terangan juga tergolong sebagai perbuatan dosa yang lain; misalnya orang yang membatalkan puasa adalah sebuah perbuatan dosa dan membiarkan ia menunjukkan membatalkan puasanya di hadapan umum merupakan sebuah dosa yang lain; karena akan menyisakan efek-efek yang tidak diinginkan dalam masyarakat Islam. Asas falsafah amar makruf dan nahi mungkar berdiri di atas masalah ini. Artinya demi menjaga masyarakat dari kerusakan maka Islam mewajibkan setiap kaum Muslimin untuk menunaikan amar makruf dan nahi mungkar. Coba Anda bayangkan bahwa Anda sedang duduk di atas bahtera dan sebagian orang berada di samping Anda namun sayang Anda tidak mampu berenang. Tiba-tiba di tengah lautan, ada seseorang yang ingin melubangi bahtera, atau melakukan sebuah pekerjaan yang dapat menenggelamkan seluruh orang yang ada di atas bahtera. Dalam kondisi seperti ini apakah Anda dapat berkata bahwa ia bebas melakukan apa saja. Jangan kalian ganggu ia. Tentu saja Anda akan mencegahnya supaya bahtera tidak tenggelam dan tidak membahayakan penumpang bahtera. Apakah Anda mengharapkan orang lain membantu Anda atau membantu orang yang ingin melubangi bahtera? Namun boleh jadi Anda tidak memandang masyarakat laksana bahtera di atas laut dimana dalam hal ini orang-orang harus mencari selamat ke dermaga sendiri-sendiri. Pandangan ini memiliki dasar tersendiri yang akan dibahas pada kesempatan mendatang. Al-Qur'an dalam surah Ali Imran (3) ayat 110 menyebutkan: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." Dalam ayat ini, amar makruf dan nahi mungkar dijelaskan sebagai perintah umum dan tugas ini merupakan salah satu tipologi umat Islam. Pada ayat 104 pada surah yang sama, Allah Swt berfirman, " Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung."  Urusan ini merupakan tanggung jawab sekelompok masyarakat dalam Islam atau dengan kata lain aparat dan pemerintah.[3]

Akan tetapi hal ini tidak bermakna bahwa kewajiban Ilahi ini tidak terdapat pada umat terdahulu; karena Allah Swt berfirman pada ayat 113 dan 114 surah Ali Imran, "Di antara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud. Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan bersegera (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh."[4]

Karena itu pemerintahan Islam dan para penguasanya bertanggung jawab dalam hal pengajaran dan tarbiyah remaja dan para pemudanya serta umumnya masyarakat. Menurut syariat dan hukum mereka tidak boleh menyediakan sebab-sebab dan faktor-faktor kurangnya warna agama dan akhlak pada masyarakat. Mereka harus berupaya menjaga keselamatan ruh dan jiwa masyarakat dan kesempurnaan akhlak dan kemuliaan manusia.

Di samping itu asas ayat-ayat al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Saw yang menyediakan keamanan dan sebagainya untuk kaum minoritas, dalam sebuah kontrak sosial sebagai Ahli Dzimmah (orang-orang yang dilindungi) dan menyepakati perdamaian dengan mereka merupakan salah satu tugas pemerintahan Islam.   Menjaga hudud Islam pada masyarakat juga merupakan salah satu tugas dan kontrak mereka. Karena itu, penguasa Islam tidak memiliki hak untuk menerima kontrak-kontrak dalam perjanjian ini yang bertentangan dengan aturan-aturan Islam.[5]

Pengarang kitab Jawâhir berkenaan dengan masalah ini berkata: "Kaum minoritas tidak dapat melanggar aturan-aturan yang berlaku pada sebuah masyarakat Islam dan sesuai dengan kontrak mereka dengan pemerintahan Islam mereka tidak dapat melanggar hudud dan hukum-hukum Islam.[6]

Akan tetapi masalah ini tidak terkhusus hanya pada negara-negara Islam. Pada setiap negara terdapat aturan dan norma yang harus dipatuhi dan ditaati oleh seluruh warga negara termasuk kaum minoritas.

Demkian juga dengan melihat secara selintasan terhadap sejarah hijab dapat dikatakan bahwa "Hijab kaum perempuan merupakan tradisi lawas peradaban-peradaban manusia. Dan pada agama-agama Ilahi khususnya Zoroaster, Yahudi dan Kristen terdapat aturan hijab. Dan pada sebagian agama seperti Yahudi masalah hijab lebih pelik dari hijab yang diperkenalkan Islam.[7]

Dengan demikian mereka apabila ingin mengamalkan ajaran-ajaran agamanya maka mereka harus mengindahkan aturan hijab pada masyarakat.

Akhir kata, harus diingat bahwa mereka yang menganggap enteng keharusan mengenakan hijab Islami bagi kaum minoritas bagaimana mereka dapat mengamalkan aturan-aturan dan norma-norma yang berat dan tidak logis negara-negara Barat yang secara tegas berseberangan dengan slogan-slogan demokrasi dan kebebasan beragama yang senantiasa mereka propagandakan dengan nyaring, menentang kaum minoritas khususnya kaum Muslimin yang ingin menunaikan aturan agama mereka mengenakan hijab. Dan salah satu contohnya adalah pelarangan hadirnya kaum muslimah dengan hijab Islami di tengah-tengah masyarakat. Padahal sesuai dengan definisi-definisi mereka tentang kebebasan, maka sekali-kali hijab Islami tidak akan menciderai kebebasan personal dan kelompok orang lain.[]

 

 

Referensi untuk telaah lebih jauh:

1.     Falsafa-ye Hijâb, Murtadha Muthahhari.

2.     Hijâb Bayangar-e Syakhsiyat Zan, Mahdi Isytihardi

3.     Farhangg-e Hijâb, Ja'far Syaikh al-Islami.

4.     Pasdârân Hijâb, Muhammad Mahdi Taj Langgarudi.



[1]. Ghulam Haddad Adil, Farhang-e Berahnegi wa Berahnegi Farhanggi, hal. 69-70.

[2]. Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 14, hal. 455.

[3]. Makarim Syirazi, Payâm-e Qur'ân, jil. 10, hal. 254 & 256 

[4]. Ibid, hal. 257.  

[5]. Untuk keterangan lebih jauh silahkan lihat: Huqûq Aqaliyyathâ, Abbas 'Ali Amid Zanjani.  

[6]. Muhammad Hasan Najafi, Jawahir Kalam, jil. 21, Kitab-e Jihad, hal. 268-269, Intisyarat-e Dar al-Kitab al-Islamiyah.  

[7]. Untuk keterangan lebih jauh silahkan lihat: Hijâb dar Adyân-e Ilahi, 'Ali Muhammadi Asynai; Mas'aleye Hijâb, Muthahhari.

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261246 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246364 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230149 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215015 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176343 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171633 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168127 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158188 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140978 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134057 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...