Advanced Search
Hits
14578
Tanggal Dimuat: 2010/10/03
Ringkasan Pertanyaan
Apa yang menjadi falsafah diharuskannya hijab? Mengapa Islam membatasi hanya pada wanita saja?
Pertanyaan
Apa yang menjadi falsafah diharuskannya hijab? Dalam Islam dikatakan bahwa wanita dan pria diciptakan satu paket. Lantas mengapa Islam membatasi hanya pada wanita saja? Apabila tidak terdapat perbedaan di antara pria dan wanita dalam Islam kalau begitu kaum pria juga harus mengenakan hijab.
Jawaban Global

Pria dan wanita dari pelbagai sisi seperti penciptaan dari esensi dan zat adalah sama. Pemanfaatan hak-hak sosial seperti menuntut ilmu, kebebasan menulis dan berekspresi adalah sebanding kedudukannya antara pria dan wanita. Akan tetapi dari sisi fisik dan mental terdapat banyak perbedaan di antara keduanya dimana perbedaan ini menjadi sebab hukum-hukum seperti menjaga dan mengenakan hijab di tengah masyarakat. Dalam masalah ini wanita memiliki aturan khusus. Wanita adalah manifestasi keindahan (jamâl) dan pria adalah jelmaan keagungan (jalâl). Tentu saja harus dikatakan kepada kaum wanita untuk tidak memamerkan keindahannya bukan kepada kaum pria. Namun hal ini tidak bermakna bahwa berpakaian adalah terkhusus untuk kaum wanita bukan untuk kaum pria. Tidak demikian.

Jawaban Detil

Untuk menjelaskan jawaban yang diberikan kiranya kita perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:

1.     Kaum wanita dan pria dari pelbagai sisi adalah sama.[1] Penciptaan keduanya berasal dari satu zat dan esensi. Pemanfaatan hak-hak sosial seperti menikah, belajar, terpenuhi hak-haknya, kebebasan berpikir, kebebasan berekspresi dan menulis dan sebagainya adalah sebanding kedudukannya antara antara pria dan wanita.

2.     Wanita dan pria meski pada banyak sisi sekedudukan dan setara antara satu dengan yang lain namun terdapat juga banyak perbedaan di antara keduanya. Allamah Thabathabai dalam hal ini berkata, “Wanita meski memiliki banyak kesamaan namun dari beberapa sisi wanita berbeda dengan pria. Hal ini disebabkan struktur medium wanita seperti, otak, hati, arteri, syaraf-syaraf, tinggi dan berat, sesuai apa yang dijelaskan pada ilmu Anatomi lebih mundur dan ke belakang dibanding dengan rata-rata pria dengan tipologi yang sama. Dan hal ini telah menjadi sebab badan wanita lebih lembut dan lebih halus ketimbang badan pria. Dan sebagai balikannya, badan pria lebih menonjol, berotot dan keras. Perasaan-perasaaan lembut seperti, pertemanan, kelembutan hati, estetika, hiasan lebih dominan pada wanita. Adapun berpikir dan bernalar lebih banyak pada pria. Karena itu, kehidupan wanita lebih bercorak “serba perasaan” dan kehidupan pria lebih berwarna “serba pemikiran.”[2]

3.     Inti berpakaian tidak terkhusus bagi wanita dan juga diperuntukkan bagi pria hingga batasan tertentu.[3]

4.     Nampaknya falsafah pakaian bagi kaum wanita berpulang kepada beberapa hal. Sebagian dari falsafah tersebut memiliki dimensi psikologis dan sebagian lainnya berdimensi keluarga dan sebagian lainnya berdimensi sosial.

A.    Dari sudut pandang psikologis hijab membantu kesehatan psikologis masyarakat.

B.    Dari dimensi keluarga, hijab menjadi sebab penguatan hubungan antara anggota keluarga dan menciptakan keharmonisan di antara dua pasangan suami-istri.

C.    Dari dimensi sosial, hijab menjadi sebab terjaganya dan terpeliharanya energi dan aktifitas sosial masyarakat.

Dengan kata lain, Islam menghendaki segala jenis kelezatan seksual, baik itu visual atau pun rabaan dan seterusnya terkhusus untuk lingkungan keluarga dan dalam lingkup pernikahan saja. Ranah sosial kemasyarakatan merupakan wilayah untuk melakukan aktifitas dan bakti sosial saja. Berbeda dengan sistem yang berkembang di Barat dimana pekerjaan dan aktifitas bercampur aduk dengan kelezatan seksual. Islam menghendaki dua hal ini terpisah pada dua tempat yang sama sekali terpisah antara satu dengan yang lain.[4]

5.     Dalil keharusan mengenakan pakaian lebih banyak dan lebih sempurna bagi wanita di samping yang telah disebutkan juga dikarenakan terdapat tipologi khusus pada diri wanita; karena wanita merupakan manifestasi keindahan (jamal) sementara pria adalah jelmaan keagungan (jalal). Tentu saja harus dikatakan kepada wanita untuk tidak memamerkan keindahannya bukan kepada pria untuk menampakkan keagungannya. Karena itu, meski perintah untuk berpakaian kepada pria tidak dikeluarkan seperti perintah kepada wanita. Lantaran kecendrungan pria untuk melihat dan memandang bukan untuk berpamer diri. Dan sebaliknya, kecendrungan wanita lebih kepada pamer diri bukan untuk memperhatikan dan memandang. Kecendrungan pria untuk memandang telah menggerakkan kaum wanita untuk bergaya dan memamerkan diri. Karena itu, berhias diri (tabarruj) merupakan suatu hal yang khusus secara eksklusif untuk wanita.”[5]

Poin terakhir mengapa batasan pakaian wanita lebih besar telah menjadi sebab sehingga nilai wanita semakin tinggi dan berharga di hadapan pria. Menjaga wanita di kalangannya sendiri dan di kalangan pria merupakan sebuah media rahasia yang digunakan Islam bagi wanita untuk menjaga kedudukan dan posisi mereka di hadapan pria. Islam memotivasi kaum wanita untuk menggunakan media ini. Apabila Islam menegaskan supaya wanita lebih berbobot, lebih berisi dan lebih memuliakan diri dan tidak menjadikan dirinya sebagai obyek perhatian kaum pria adalah supaya kemuliaan wanita semakin bertambah dan tidak gampang dieksploitasi seperti barang dagangan yang tidak punya nilai dan dengan mudah dipamerkan untuk semua orang.[6] Dengan kata lain, tertutupnya wanita yang telah ditetapkan batasannya dalam Islam menjadi sebab kemuliaan dan kehormatan bagi wanita. Karena hal itu menjaganya dari serangan orang-orang iseng dan lelaki berhidung belang. Karena itu, hijab bukanlah untuk memberikan pembatasan kepada wanita namun memberikan penjagaan. Di samping penjagaan untuk wanita itu sendiri juga penjagaan bagi masyarakat secara keseluruhan untuk tidak terjerembab dalam kubangan dosa. [IQuest]

 

Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat beberapa literatur berikut ini:

1.     Ayatullah Ahmad Muhsini Gurgani, “Dar Nab Dar Shadaf Hijâb”, Intisyarat-e ‘Ulum-e Islami.

2.     Muhammad Muhammadi Isytihardi, “Hijâb Bayângar-e Syakhsi,” Cetakan Pertama Nasyr-e Mu’awenat-e Mubarazeh ba Mafasid-e Ijtima’i Naja.

3.     Ahmad Razzaqi, “Awâmil Fasâd wa Bad Hijâbi wa Syiweh-hâ-ye Muqâbele bâ Ân,” Cetakan Keempat, Nasyr-e Sazeman-e Tablighat-e Islami, 1371 S.

4.     Muhammad Syu’jai, Durr wa Shadaf, Cetakan Ketiga, Nasyr 1378 S.

5.     Murtadha Muthahhari, Mas’ale-ye Hijâb, Nasyr-e Shadra.

6.     Muhsin Qira’ati, Pusyesy Zan dar Islâm, Cetakan Kesembilan, Nasyr-e Nashir, 1370 S.

7.     Jawadi Amuli, Zan dar Âine-ye Jalâl wa Jamâl, Cetakan Kedua, Nasyr-e Farhanggi Raja, 1371 S.

8.     Fatiyyah Fattahi Zadeh, Hijâb az Didgâh-e Qur’ân wa Sunnat, Cetakan Kedua, Nasyr Daftar Tablighat-e Islami, 1376 S.



[1]. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan darinya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (Qs. Al-Nisa [4]:1)

[2]. Terjemahan Persia Tafsir al-Mizân, jil. 2, hal. 416.  

[3].  Misalnya menutup aurat adalah wajib dan menutup anggota badan lainnya juga wajib apabila tidak menjadi obyek perhatian non-mahram dan menjadi sebab munculnya fitnah serta  kerusakan. Kaum pria boleh menampakkan anggota badannya seukuran yang diterima oleh masyarakat secara umum (seperti kepala dan wajah). Mas’ale-ye Jadid, jil. 3, hal. 227-228.

[4]. Murtadha Muthahhari, Majmu-e Âtsâr, jil. 19, hal. 432.  

[5]. Murtadha Muthahhari, Majmu-e Âtsâr, jil. 19, Masa’ale-ye Hijab, Satr-e Aurat 

[6]. Ibid, dengan sedikit perubahan.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261167 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246285 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230071 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214943 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176264 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171577 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168066 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158102 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140903 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134012 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...