Please Wait
30454
Dengan mengkaji ayat-ayat Al-Quran, dapat difahami bahwa dari satu sisi wajah-wajah mereka sangat menakutkan, dengan kulit hangus dan mulut membuka yang robek karena terbakar api neraka; dan di sisi lain Tuhan memerintahkan agar tubuh, wajah dan kulit mereka untuk membaik dengan sendirinya lalu disiksa kembali agar terus menerus merasakan siksaan pedih neraka.
Wajah-wajah mereka pun memiliki kriteria-kriteria khas sehingga dapat dikenal oleh siapapun baik yang berada di neraka ataupun di surga.
Dengan mengkaji ayat-ayat Al-Quran, meskipun secara detil kita tidak tahu jelas seperti apa keadaan para penghuni neraka, namun kita dapat memperoleh gambaran global tentang seperti apa kondisi mereka di sana. Kurang lebih keadaan mereka memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Seluruh tubuh para penghuni neraka adalah bahan bakar api neraka. Sebagaimana yang dapat difahami dari sebagian ayat-ayat, bahan bakar kobaran api neraka adalah campuran batu-batuan dan tubuh hangus penghuni neraka.[1]
2. Mereka dilumuri dengan leburan bahan panas dan mendidih yang terus menerus membakar sekujur tubuh mereka.[2]
3. Jangan dikira tubuh mereka telah terbiasa dengan api neraka sehinga tidak merasa kesakitan di sana.[3] Menurut ahli tafsir, dikarenakan hebatnya panas api neraka, kulit tubuh mereka tertarik dan hangus serta mulut mereka menganga dan robek.[4] Begitu juga kening dan pinggang mereka terus menerus hangus terbakar karena harta benda haram yang telah mereka peroleh dan digunakan di jalan yang tidak benar.[5]
4. Mereka tidak seperti di dunia. Meskipun badan mereka disiksa hingga hancur lebur dan ususnya terpotong-potong, namun tidak akan pernah sirna dan tetap ada sehingga bisa merasakan siksaan terus menerus.[6] Meski begitu hebat siksaan neraka, namun mereka tidak akan mati.[7] Para penghuni neraka sangat tersiksa karena keadaan mereka. Mereka meminta agar secepatnya dapat mati, namun permintaan mereka tak dikabulkan.[8]
Dengan kekuatan Tuhan, tubuh mereka yang telah hancur bakal kembali pulih seperti semula dan disiksa kembali hingga berulang-ulang tak ada akhirnya.[9] Hal itu bukanlah suatu yang mustahil. Mungkin bagi orang-orang jaman dahulu begitu aneh, namun dengan perkembangan jaman, kita sendiri dengan ilmu pengetahuan dapat menemukan suatu unsur yang dapat memulihkan cacat tubuh manusia. Kita tak boleh meragukan kekuatan Tuhan yang tak terbatas.
5. Oleh karena itu, wajah-wajah penghuni neraka dapat dikenal dengan orang-orang terdekat mereka baik yang berada di neraka juga maupun di surga. Dengan demikian mereka dapat saling berbicara.[10] Oleh karena itu mereka heran karena tidak melihat orang yang pernah dianggap sebagai orang jahat dan hina di dunia ada di neraka bersama mereka.[11] Selain itu para penduduk surga pun dapat melihat keadaan kawan-kawan mereka dahulu yang kini berada di neraka.[12] Mereka juga dapat saling berbicara dan bertanya-tanya.[13]
Banyak riwayat yang menjelaskan bahwa penduduk neraka bertampang sesuai dengan sifat mereka di dunia. Misalnya orang-orang yang sombong bakal bertampang hina berwajah seperti semut di neraka.[14] Namun keadaan seperti itu akan terus berlangsung hanya sampai hisab dan perhitungan amal mereka telah usai hingga menjadi jelas apakah mereka menjadi penduduk neraka ataukah surga.[15]
Tidak ada ayat dan riwayat yang secara jelas dan detil menggambarkan seperti apa penuduk neraka di hari akhirat. Semoga Allah menjaga dan menjauhkan kita dari sisksaan api neraka-Nya. Amin. [iQuest]
[1]. "Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir." (Qs. Al-Baqarah [2]:24); "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu" (Qs. Al-Tahrim [66]: 6); "Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka," (Qs. Ali-Imran [3]:10).
[2]. "Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka." (Qs. Al-Hajj [22]:19).
[3]. "Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat." (Qs. Al-Mukminun [23]:104).
[4]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 14, hal. 330, Dar al-Kutub al-Islamiah, Teheran, 1374 H.S.
[5]. "pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (Qs. Al-Taubah [9]:35)
[6]. "sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?" (Qs. Muhammad [47]:15)
[7]. "Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir." (Qs. Al-Fathir [35]:36)
[8]. "Mereka berseru: "Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja." Dia menjawab: "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)." (Qs. Al-Zukhruf [43]:77)
[9]. "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Qs. Al-Nisa' [4]:56)
[10] "Beginilah (keadaan mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk, (yaitu) neraka Jahannam, yang mereka masuk ke dalamnya; maka amat buruklah Jahannam itu sebagai tempat tinggal.Inilah (azab neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan azab yang lain yang serupa itu berbagai macam. (Dikatakan kepada mereka): "Ini adalah suatu rombongan (pengikut-pengikutmu) yang masuk berdesak-desak bersama kamu (ke neraka)." (Berkata pemimpin-pemimpin mereka yang durhaka): "Tiadalah ucapan selamat datang kepada mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka." Pengikut-pengikut mereka menjawab: "Sebenarnya kamulah. Tiada ucapan selamat datang bagimu, karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab, maka amat buruklah Jahannam itu sebagai tempat menetap." Mereka berkata (lagi): "Ya Tuhan kami; barang siapa yang menjerumuskan kami ke dalam azab ini maka tambahkanlah azab kepadanya dengan berlipat ganda di dalam neraka." (Qs. Shaad [38]:55-61)
[11]. "Dan (orang-orang durhaka) berkata: "Mengapa kami tidak melihat orang-orang yang dahulu (di dunia) kami anggap sebagai orang-orang yang jahat (hina)." (Qs. Shaad [38]:55-61)
[12]. "Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman, yang berkata: "Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (hari berbangkit)? Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?" Berkata pulalah ia: "Maukah kamu meninjau (temanku itu)?" Maka ia meninjaunya, lalu dia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala." (Qs. Ash-Shaaffaat [37]:51-55)
[13]. "berada di dalam syurga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian." (Qs. Al-Mudattsir [74]:40-47)
[14]. Hurr Amili, Wasailus Syi'ah, jil. 15, hal. 378, hadits 20795, Yayasan Alul Bait, Qum, 1409 H.
[15]. Syaikh Shaduq, Tsawâbul A'mâl, jil. 1, hal. 280, Syarif Radhi, Qum, 1364 S.