Advanced Search
Hits
13966
Tanggal Dimuat: 2012/04/11
Ringkasan Pertanyaan
Bagaimana mungkin manusia yang lalai dari mengingat Tuhan dapat menjadikannya sebagai teman dari setan?
Pertanyaan
Allah Swt dalam al-Qur’an ayat 36 surah al-Zukhruf berfirman, “Barang siapa yang berpaling dari mengingat Tuhan Yang Maha Pemurah, Kami kuasakan atasnya setan (yang menyesatkan), lalu setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” Yang menjadi pertanyaan saya bagaimana mungkin Tuhan yang Mahakasih hanya karena satu kesalahan saja kemudian menjadikan setan sebagai teman yang selalu menyertai manusia?
Jawaban Global

Ayat yang disinggung dalam pertanyaan bermakna bahwa hasil dari pembangkangan terhadap perintah-perintah Ilahi dan lalai dari mengingat Tuhan dalam kehidupannya, konsekuensinya adalah pertemanan dengan setan. Berpaling dari mengingat Allah Swt bukan hanya merupakan sebuah kesalahan dan dosa kecil melainkan sebuah masalah yang disebabkan oleh dosa-dosa kecil dan besar yang dilakukan sepanjang waktu.

Dengan kata lain, lalai dari mengingat Allah Swt karena perbuatan-perbuatan dosa yang dilakukan adalah hasil natural dari menjauhnya ia dari Tuhan dan pertemanan dengan setan yang bertentangan dengan sifat pengasih dan rahman Tuhan.

Jawaban Detil

Harap diperhatikan dalam masalah ini bahwa maksud ayat di atas bukanlah bahwa hanya karena satu kesalahan manusia kemudian Allah Swt menjadikan manusia berteman dengan setan. Allah Swt berfirman, “wa man ya’syu ‘an dzikri al-rahman nuqayyidh lahu syaitanan fahuwa lahu qarin.” (Barang siapa yang berpaling dari mengingat Tuhan Yang Maha Pemurah, Kami kuasakan atasnya setan (yang menyesatkan), lalu setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya) yang dimaksud dengan “dzikr” pada ayat ini adalah al-Qur’an.[1] Karena itu, makna ayat ini menjadi seperti ini bahwa barang siapa yang berpaling dari mengingat Allah Swt, perintah-perintah, hukum-hukum al-Qur’an dan tidak beramal dengannya, maka setan akan menjadi teman baginya. Imam Ali As sehubungan dengan tafsir ayat ini berkata, “Barang siapa yang terkontaminasi dengan dosa maka ia akan berpaling dari Tuhan. Dan barang siapa yang tidak mematuhi orang yang diperintahkan Allah untuk dipatuhi maka akan setan akan ditentukan baginya yang akan senantiasa menyertainya.”[2]

Dengan mencermati tafsir Amirul Mukminin Ali As ini jelas bahwa jauh dari mengingat Allah Swt bukanlah merupakan sebuah kesalahan semata, sehingga penyertaan setan bertentangan dengan sifat pemurah Tuhan, melainkan masalah ini merupakan buah dari perjalanan waktu yang panjang dan muncul akibat perbuatan-perbuatan dosa manusia.

Dalam Tafsir Nemune dalam mengurai ayat ini disebutkan bahwa mengingat pada ayat-ayat sebelumnya berbicara tentang para penyembah dunia yang menilai segala sesuatu berdasarkan standar-standar material, pada ayat yang menjadi obyek bahasan, salah satu pengaruh mematikan ketergantungan kepada dunia adalah perasaan alineasi terhadap Tuhan. Allah Swt berfirman, “Barang siapa yang berpaling dari mengingat Allah maka kami akan mengirimkan kepada seorang setan yang akan senantiasa menyertainya.” “Wa man ya’syu[3] ‘an dzikri al-rahman nuqayyidh[4]  lahu syaitanan fahuwa lahu qarin.” (Qs. Al-Zukhruf [43]:36)

Benar bahwa lalai dari mengingat Allah dan tenggelam dalam kelezatan dunia, ketergantungan terhadapnya akan menyebabkan setan akan mendominasi manusia dan senantiasa akan menjadi temannya yang setia. Jelas bahwa pada ayat ini tidak dapat disimpulkan tentang masalah determinisme (jabariyah); karena hasil ini merupakan buah dari amalan-amalan yang dilakukan sendiri oleh manusia.

Terkhusus tenggelam dalam kelezatan dunia dan ternoda dengan pelbagai dosa, pertama-tama pengaruhnya adalah bahwa tirai ini akan menyelubungi hati, mata dan telinga manusia dan menjadikannya teralienasi dengan Tuhan kemudian setan-setan mendominasi dirinya kemudian berlanjut terus yang akhirnya terkadang jalan untuk kembali telah tertutup baginya; karena setan-setan dan pikiran-pikiran setani telah menguasai dirinya dari sisi mana pun dan hal ini merupakan hasil dari amal perbuatan manusia sendiri meski hal itu benar jika ingin disandarkan kepada Tuhan yang merupakan Prima Causa, hal ini adalah apa yang disebutkan pada ayat-ayat lain al-Qur’an, “pengindahan setan” “Fazayyin lahum al-syaithanu a’malahum”[5] atau dinyatakan sebagai wilayah setan, “fahuwa waliyyuhum al-yaum.[6]

Patut diperhatikan redaksi ayat ini, “nuqayyidh” dengan memperhatikan makna leksikalnya, di samping menunjukkan dominasi para setan juga penyertaan mereka. Di samping itu, kalimat, “fahuwa lahu qarin” disebutkan setelah itu sehingga menegaskan makna sebelumnya bahwa para setan tidak akan terpisah dari orang-orang seperti ini!

Ungkapan “rahman” merupakan isyarat subtil dan sublim bahwa mereka berpaling dari Allah yang sifat pemurahnya maha luas dan bersifat umum yang mencakup seluruhnya dan lalai darinya? Apakah orang-orang ini tidak memiliki nasib lainnya selain menjadi teman para setan dan mengikut perintah-perintahnya.

Dalam pada itu, sebagian ahli tafsir memberikan kemungkinan bahwa “para setan” memiliki makna luas yang juga mencakup setan-setan dari kalangan manusia. Mereka berpandangan bahwa “para setan” ini menyinggung tentang “para pemimpin kesesatan” yang menguasai orang-orang lalai dari mengingat Tuhan dan berteman dengan mereka. Perluasan ini juga mungkin saja benar adanya.[7] [iQuest]

 

 


[1]. (Qs. Al-Zukhruf [43]:36)  Fadhl bin Hasan Thabarsi, Majma’ al-Bayân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 9, hal. 94, Intisyarat Nasir Khusruw, Teheran, 1372 S.

[2]. Muhammad bin Ali Shaduq, al-Khishâl, jil. 2, hal. 634, Intisyarat Jami’ah Mudarrisin, Qum, 1403 H.

[3]. Ya’syu derivatnya dari klausul ’asy-u (dengan timbangan na-sy-r) tatkala menjadi kata kerja transitif dengan kata “ila” (ya’syu ilahi) bermakna menemukan petunjuk (hidayah) dengan perantara sesuatu melalui mata yang lemah, tatkala menjadi kata kerja transitif (muta’addi) dengan huruf ‘an” menjadi ya’syu ‘anhu maka ia bermakna berpaling dari sesuatu dan demikianlah yang dimaksud pada ayat yang menjadi obyek bahasan. Lisân al-‘Arab, klausul ‘as-y-a.

[4]. Nuqayyidh berasal dari klausul qaidh (dengan timbangan fail) aslinya bermakna kulit luar telur kemudian bermakna membuat sesuatu menguasai sesuatu yang lain.

[5]. “Setan menghiasai perbuatan mereka (yang buruk) bagi mereka.” (Qs. Al-Nahl [16]:63)

«فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطانُ أَعْمالَهُمْ»

[6]. “Maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu.” (Qs. Al-Nahl [16]:63)

«فَهُوَ وَلِيُّهُمُ الْيَوْمَ»

[7]. Nasir Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 21, hal. 64, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1374 S

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261144 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246265 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230053 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214919 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176243 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171560 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168044 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158079 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140884 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133997 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...